Washington (ANTARA News) - Departemen Luar Negeri AS pada Rabu mengajukan anggaran senilai 47,8 miliar dolar AS (Rp463 biliun), yaitu penurunan sebesar enam persen dari anggaran tahun 2012.

Dengan anggaran baru itu, pemotongan dilakukan untuk program-program yang berkaitan dengan Irak dan Afghanistan serta pada peningkatan program di Asia dan pengamanan kedutaan.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan anggaran untuk tahun fiskal mulai 1 Oktober itu mencapai keseimbangan antara upaya meningkatkan keamanan dan kepentingan ekonomi AS dan membantu negara menahan laju defisit yang tak terkendali.

"Investasi kita dalam diplomasi dan pembangunan telah menghindarkan perang, menurunkan ancaman senjata nuklir, mengamankan perbatasan-perbatasan kita serta melindungi warga Amerika di luar negeri," kata Kerry dalam surat kepada Kongres.

"Di seluruh dunia, apa yang kita lakukan untuk menghindarkan terjadinya konflik akan membantu kita untuk memastikan bahwa besok-besok, kita tidak perlu mengerahkan pasukan."

Pemotongan anggaran terbesar dilakukan terhadap pendanaan bantuan bagi Irak serta operasi-operasi di Afghanistan.

Amerika Serikat menarik pasukan terakhirnya dari Irak tahun 2011 sementara sebagian besar pasukan asing pimpinan AS berjumlah 100.000 personel akan meninggalkan Afghanistan pada akhir tahun 2014.

Anggaran yang diajukan untuk program Irak adalah 1,7 miliar dolar (Rp16,46 triliun) dan untuk Afghanistan senilai 3,1 miliar dolar (Rp30 triliun).

"Kita telah melakukan langkah-langkah bagus di Afghanistan, Pakistan dan Irak, namun tugas kita di sini masih jauh dari sempurna," kata Kerry.

"Kami meminta anggaran lebih kecil dibandingkan tahun-tahun lalu, namun tetap penting untuk meneruskan pendanaan yang kuat guna melanjutkan hal-hal yang telah kita capai."

Program-program menyangkut Asia Timur dan Pasifik akan meningkat di bawah rencana pendanaan senilai 1,2 miliar dolar (Rp11,6 triliun), yang menunjukkan kepentingan pemerintah AS terhadap kawasan tersebut.

"Kita sedang menyeimbangkan hubungan strategis kita di seluruh wilayah Asia Timur dan Pasifik melalui hubungan ekonomi yang lebih erat, memperkuat hubungan multilateral, meningkatkan kerjasama keamanan serta memperbarui penekanan terhadap demokrasi dan hak asasi manusia," kata Kerry.

Setelah terjadinya serangan 11 September tahun lalu terhadap misi AS di Benghazi, Libya, anggaran yang diajukan Deplu AS mencakup dana senilai 4,4 miliar dolar (Rp42,6 triliun) bagi keamanan diplomatik serta peningkatan infrastruktur di kedutaan-kedutaan dan konsulat AS di seluruh dunia.