Hong Kong (ANTARA) - Bursa saham di negara-negara Asia mencapai level terendah 11 minggu pada awal perdagangan Rabu, karena investor masih kesal dengan data ekonomi China yang suram dan tidak adanya stimulus yang berarti di tengah kekhawatiran baru tentang suku bunga AS yang menekan Wall Street.

Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang trgelincir 1,1 persen pada pukul 01.38GMT, menyentuh titik terendah sejak 1 Juni. Indeks Nikkei 225 Jepang merosot 1,3 persen ke level terendah sejak 12 Juli. Indeks S&P/ASX 200 Australia turun hampir 1,5 persen.

China melaporkan data aktivitas Juli yang lebih lemah dari yang diharapkan pada Selasa (15/8/2023), disertai dengan berita bahwa Beijing tidak akan lagi menerbitkan data pengangguran kaum muda.

Bank sentral China (PBoC) juga secara tak terduga menurunkan suku bunga kebijakannya pada Selasa (15/8/2023), lebih awal dari yang diharapkan banyak investor dan mungkin dipicu oleh serangkaian data pinjaman dan kredit yang mengecewakan, pasar perumahan dan industri serta ancaman deflasi.

Baca juga: Saham Asia melemah, yuan tergelincir karena China pangkas suku bunga

"Sentimen investor terhadap China sangat buruk," kata Redmond Wong, ahli strategi pasar China di Saxo Markets.

Wong mengatakan dia paling khawatir tentang penurunan penjualan ritel China dari bulan ke bulan dan investasi infrastruktur yang lemah, yang menunjukkan kurangnya dana dari pemerintah daerah.

Hasil industri China dan pertumbuhan penjualan ritel keduanya melambat dari bulan sebelumnya menjadi laju tahun-ke-tahun masing-masing sebesar 3,7 persen dan 2,5 persen, meleset dari ekspektasi.

Indeks Hang Seng dan Indeks acuan CSI 300 China masing-masing dibuka 1,21 persen dan 0,43 persen lebih rendah.

"Kami pikir bank sentral China tidak cukup keras menurunkan suku bunga, mendorong bank untuk meminjamkan lebih banyak dan merangsang aktivitas konsumen yang sangat datar," kata John Milroy, penasihat investasi di Ord Minnett.

Baca juga: Saham Asia dibuka melemah jelang rilis data ekonomi China

Perekonomian terbesar kedua di dunia itu akan melaporkan data harga rumah baru untuk Juli pada Rabu.

Bulan lalu, harga turun sangat marjinal 0,06 persen. Jika penurunan mulai semakin cepat, hal itu akan berdampak pada melemahnya kepercayaan konsumen dan membebani pertumbuhan penjualan ritel yang sudah lemah.

Ketiga indeks ekuitas utama AS berakhir lebih rendah pada Selasa (15/8/2023) setelah laporan data penjualan ritel AS yang lebih kuat dari perkiraan. Dow Jones Industrial Average turun 1,02 persen. S&P 500 turun 1,16 persen dan Komposit Nasdaq turun 1,14 persen.

Data tersebut meningkatkan peluang bagi Fed untuk mempertahankan suku bunga pada level tinggi lebih lama dan menawarkan penguatan pada greenback, menekan mata uang berisiko, biasanya dolar Australia dan dolar Selandia Baru, kata Tina Teng, Analis Pasar, CMC Markets APAC & Canada dalam catatan pada Rabu.

Minyak mentah AS turun 0,31 persen menjadi diperdagangkan di 80,74 dolar AS per barel, sementara Brent turun 0,26 persen menjadi diperdagangkan di 84,67 dolar AS per barel. Emas spot diperdagangkan datar di sekitar 1.901,8 dolar AS per ounce.