Jakarta (ANTARA News) - Letnan Hashim (Ario Bayu) tidak menyangka ia harus bekerja sama dengan tahanannya untuk mengungkap kasus terorisme.

Jake (Kellan Lutz) harus berurusan dengan Densus 88 karena dirinya menjadi orang terakhir yang berbicara dengan putri keraton bernama Sultana (Atiqah Hasiholan) yang tewas akibat ledakan bom.

Saat itu, Jake sedang menghadiri pesta amal yang sempat menyapa Sultana beberapa saat sebelum seseorang meledakkan bom bunuh diri.

Meski tidak sepenuhnya memercayai Jake, Hashim yang anggota Densus 88 tetap berusaha menyingkap kasus pembunuhan Sultana bersama jake.

Penyelidikan mereka tidak berjalan mulus, perbedaan pendapat kerap terjadi di antara mereka, seperti Jake yang mencurigai jenazah yang terbaring di rumah sakit bukanlah Sultana.

"Ini kasusku," kata Jake.

"Ini negaraku," tegas Hashim.

Temuan demi temuan membawa mereka ke Malik (Mickey Rourke), pencuri ulung yang telah lama diincar Jake. Hashim pun menelisik lebih dalam kasus Sultana yang diduganya merupakan jaringan teroris.


Hollywood rasa Indonesia

Tak hanya diperankan oleh bintang-bintang Indonesia, "Java Heat" menggaet pemain yang kerap menghiasi film-film Hollywood, Mickey Rourke (Iron Man 2, Sin City) dan Kellan Lutz (serial Twilight, Immortals).

Layaknya film action Hollywood, penonton disuguhi adegan baku tembak dan kejar-kejaran antara anggota kepolisian dengan yang diduga penjahat. Jake harus melewati gang-gang sempit untuk menghindari kejaran polisi yang menggunakan sepeda motor.

"Java Heat" menurut sang sutradara Connor Allyn memang berorientasi internasional. Meski berlatar Yogyakarta, film ini menggunakan bahasa Inggris dalam sebagian besar dialognya.

Mengusung orientasi internasional itu, Allyn banyak mengangkat konten-konten lokal yang digarap dengan serius. Pada salah satu adegan, Jake terheran-heran melihat anak-anak Hashim yang mencium tangan ayahnya sebelum berangkat sekolah.

"Itu menunjukkan kasih sayang dan hormat," jelas Hashim.

Jake pun menunjukkan tampang sedikit kaget ketika dipanggil "Mas Jake" oleh istri Hashim.

"Mas itu panggilan bahasa Jawa kepada laki-laki," terangnya.

Tak hanya melalui dialog tokoh; baju lurik, motif batik, kebaya, dan blangkon yang dikenakan beberapa pemainnya; hal-hal tentang Indonesia pun ditunjukkan melalui aksi para tokohnya.

Malik, yang memelihara cendrawasih di rumahnya, sempat berkeliling desa dengan naik delman. Hashim yang ngebut ketika mengendarai mobilnya, berhenti mendadak ketika seorang petani yang sedang menggembala bebek menyeberang.

Hashim pun mengingatkan Jake untuk mengenakan sabuk pengaman, bila tidak, mereka akan didenda sebesar Rp500.000.

Connor, yang juga menggarap film "Merah Putih", mengemukakan bolak-balik Jakarta-AS sejak menggarap film "Merah Putih" beberapa tahun yang lalu cukup memberinya gambaran mengenai Indonesia. Ia pun terbantu dengan masukan para kru film mengenai budaya Jawa.

"Esensi dari film ini memang menunjukkan perbedaan antara Barat dan Timur," tambah Rob Allyn, produser "Java Heat" yang juga ayah Connor Allyn.

Allyn pun ingin memperlihatkan keberagaman agama yang ada di nusantara. Terlihat dari namanya, Hashim seorang penganut agama Islam. Anton, yang diperankan Rio Dewanto, anak buah Hashim, merupakan seorang Katolik dan mereka berhubungan erat.

Rob Allyn, yang sedang membuat sebuah dokumenter di Jawa Timur sebelum "Java Heat" dibuat, melihat masih banyak hal tentang Indonesia yang belum diketahui mata internasional.

"Saya ingin menunjukkan hal-hal kecil tentang Indonesia ke luar, tidak cuma keindahan fisiknya saja," kata Rob Allyn, usai pemutaran "Java Heat" di Kuningan, Jakarta Selatan.

Ario Bayu pun berpendapat hal-hal yang kecil di mata orang Indonesia, menjadi hal baru yang menarik bagi orang asing.

"Lumayan juga ada budaya kita yang ditonjolkan di film ini," tambahnya.