DIY potensial untuk pengembangan perikanan
10 April 2013 22:14 WIB
ilustrasi Bazar Ikan Warga membeli ikan laut di sebuah stand dalam "Bazar Ikan Peduli Ramadhan 1433H" di gedung Kementrian Kelautan & Perikanan, Jakarta Pusat. (FOTO ANTARA/Fanny Octavianus)
Yogyakarta (ANTARA News) - Wilayah laut, sungai, dan darat di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan potensi unggulan yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan perikanan, kata Ketua Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Rustadi.
"Jika dikelola dengan baik, potensi tersebut tentu membuka kesempatan usaha dan kesejahteraan bagi masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)," katanya di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, pemanfaatan potensi laut di pesisir selatan Yogyakarta telah lama dilakukan, tetapi masih belum memberikan hasil yang optimal. Masih banyak nelayan tradisional dengan alat konvensional belum mampu menjangkau lautan lepas.
Jumlah tangkapan yang masih sedikit dan tidak terpenuhinya jumlah pasokan ikan untuk kebutuhan DIY perlu menjadi perhatian. Apalagi dengan luasan yang dimiliki, DIY membuka peluang menjadi daerah sentra benih perikanan darat.
"Bahkan gubernur DIY pernah menyampaikan visi dan misi Keistimewaan Yogyakarta, salah satunya adalah Among Dagang Layar, yakni dengan luasan yang dimiliki Yogyakarta, diharapkan dapat menjadi sentra benih perikanan darat dan laut," katanya.
Oleh karena itu, Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM terus berupaya mengembangkan perikanan di DIY, di antaranya membahas pengembangan bisnis perikanan di daerah, dengan memanfaatkan Pelabuhan Sadeng, Gunung Kidul, dan Pelabuhan Adikarto di Kulon Progo yang sedang digarap.
"Dengan teknologi masih sederhana, nelayan tradisional saat ini belum ke lepas pantai, padahal di area itulah sebenarnya terdapat banyak ikan," katanya.
Ia mengatakan hampir 50 persen kebutuhan ikan di Yogyakarta didatangkan dari luar daerah, terutama perikanan darat seperti lele dari Tulungagung, Jawa Timur, dan gurami dari Boyolali, Jawa Tengah.
"Dengan meningkatnya kaum menengah atas di DIY, menjadikan peluang pasar ikan semakin terbuka lebar. Artinya konsumen sudah pintar memilih makanan, sehingga makanan yang akan dikembangkan sebaiknya ikan segar," katanya.
Menurut dia, pihaknya berharap DIY menjadi sentra pasar ikan segar untuk konsumsi seperti yang telah dikembangkan selama ini di Pantai Depok, dan Pantai Kuwaru Bantul, Pantai Baron Gunung Kidul, Pantai Glagah Kulon Progo, dan Inkubator Mina Bisnis milik Fakultas Pertanian UGM.
"Kebijakan nasional dengan program Inka Mina mendukung keinginan DIY menjadi sentra ikan segar siap dikonsumsi. Bahkan dari program ini pada 2011 dan 2012 DIY telah mendapat bantuan empat kapal untuk menangkap ikan lepas pantai," katanya.
"Jika dikelola dengan baik, potensi tersebut tentu membuka kesempatan usaha dan kesejahteraan bagi masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)," katanya di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, pemanfaatan potensi laut di pesisir selatan Yogyakarta telah lama dilakukan, tetapi masih belum memberikan hasil yang optimal. Masih banyak nelayan tradisional dengan alat konvensional belum mampu menjangkau lautan lepas.
Jumlah tangkapan yang masih sedikit dan tidak terpenuhinya jumlah pasokan ikan untuk kebutuhan DIY perlu menjadi perhatian. Apalagi dengan luasan yang dimiliki, DIY membuka peluang menjadi daerah sentra benih perikanan darat.
"Bahkan gubernur DIY pernah menyampaikan visi dan misi Keistimewaan Yogyakarta, salah satunya adalah Among Dagang Layar, yakni dengan luasan yang dimiliki Yogyakarta, diharapkan dapat menjadi sentra benih perikanan darat dan laut," katanya.
Oleh karena itu, Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM terus berupaya mengembangkan perikanan di DIY, di antaranya membahas pengembangan bisnis perikanan di daerah, dengan memanfaatkan Pelabuhan Sadeng, Gunung Kidul, dan Pelabuhan Adikarto di Kulon Progo yang sedang digarap.
"Dengan teknologi masih sederhana, nelayan tradisional saat ini belum ke lepas pantai, padahal di area itulah sebenarnya terdapat banyak ikan," katanya.
Ia mengatakan hampir 50 persen kebutuhan ikan di Yogyakarta didatangkan dari luar daerah, terutama perikanan darat seperti lele dari Tulungagung, Jawa Timur, dan gurami dari Boyolali, Jawa Tengah.
"Dengan meningkatnya kaum menengah atas di DIY, menjadikan peluang pasar ikan semakin terbuka lebar. Artinya konsumen sudah pintar memilih makanan, sehingga makanan yang akan dikembangkan sebaiknya ikan segar," katanya.
Menurut dia, pihaknya berharap DIY menjadi sentra pasar ikan segar untuk konsumsi seperti yang telah dikembangkan selama ini di Pantai Depok, dan Pantai Kuwaru Bantul, Pantai Baron Gunung Kidul, Pantai Glagah Kulon Progo, dan Inkubator Mina Bisnis milik Fakultas Pertanian UGM.
"Kebijakan nasional dengan program Inka Mina mendukung keinginan DIY menjadi sentra ikan segar siap dikonsumsi. Bahkan dari program ini pada 2011 dan 2012 DIY telah mendapat bantuan empat kapal untuk menangkap ikan lepas pantai," katanya.
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: