Rubel Rusia menguat jelang pertemuan luar biasa bank sentral
15 Agustus 2023 14:54 WIB
Arsip Foto - Uang kertas rubel Rusia terlihat di depan grafik saham yang turun dan naik dalam ilustrasi ini yang diambil Selasa (1/3/2022). ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/am.
Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia menguat pada awal perdagangan Selasa, karena investor berspekulasi bank sentral akan menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan luar biasa setelah mata uang Rusia itu jatuh melewati 101 per dolar AS pada Senin (14/8/2023) dan mendorong seruan Kremlin untuk kebijakan moneter yang lebih ketat.
Rubel yang telah kehilangan lebih dari seperlima nilainya terhadap dolar sejak perang Ukraina dimulai, naik 1,6 persen menjadi 96,14 per dolar pada pukul 05.46 GMT setelah jatuh mendekati 102 dalam perdagangan harian sehari sebelumnya.
Mata uang Rusia juga telah naik 2,0 persen untuk diperdagangkan pada 104,92 versus euro dan menguat 1,8 persen terhadap yuan menjadi diperdagangkan pada 13,15.
Bank sentral Rusia akan mengadakan pertemuan luar biasa pada Selasa untuk membahas tingkat suku bunga utamanya, yang saat ini sebesar 8,5 persen. Keputusan akan dipublikasikan pada pukul 10.30 waktu Moskow (07.30 GMT), kata bank sentral.
"Kami yakin regulator dapat menaikkan suku bunga utama menjadi 12 persen, yang akan membantu rubel kembali ke level fundamental yang lebih masuk akal dalam beberapa bulan mendatang (di bawah 90 per dolar)," kata Sber Investments dalam sebuah catatan.
Kenaikan darurat terbaru bank sentral terjadi pada akhir Februari 2022 dengan kenaikan suku bunga menjadi 20 persen sebagai dampak langsung dari invasi Rusia ke Ukraina. Setelah itu, bank terus menurunkan biaya pinjaman sebelum percepatan inflasi memaksa kenaikan 100 basis poin menjadi 8,5 persen bulan lalu.
"Bank sentral memiliki semua alat untuk menormalkan situasi dalam waktu dekat," kata penasihat ekonomi Presiden Vladimir Putin, Maxim Oreshkin, Senin (14/8/2023). "Adalah kepentingan ekonomi Rusia untuk memiliki rubel yang kuat."
Rubel telah melaju kencang sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, merosot ke rekor terendah 120 terhadap dolar sebulan kemudian sebelum pulih ke level tertinggi lebih dari tujuh tahun beberapa bulan kemudian, didukung oleh kontrol modal dan pendapatan ekspor yang melonjak.
Sementara Putin telah berulang kali memuji ketahanan ekonomi Rusia senilai 2 triliun dolar AS, tekanan perang darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua dan apa yang Barat anggap sebagai sanksi terberat dalam sejarah mulai menggigit.
Melemahnya rubel telah mendorong kenaikan harga sejumlah barang sehari-hari menjelang pemilihan presiden pada Maret 2024, meskipun suku bunga yang lebih tinggi akan membuat hidup lebih sulit bagi peminjam, termasuk perusahaan dan pemerintah karena membiayai operasi militer di Ukraina.
Baca juga: Rubel stabil terhadap dolar, indeks MOEX tertinggi baru pascainvasi
Baca juga: Rubel jatuh ke level terendah 17 bulan melewati 100 terhadap dolar
Rubel yang telah kehilangan lebih dari seperlima nilainya terhadap dolar sejak perang Ukraina dimulai, naik 1,6 persen menjadi 96,14 per dolar pada pukul 05.46 GMT setelah jatuh mendekati 102 dalam perdagangan harian sehari sebelumnya.
Mata uang Rusia juga telah naik 2,0 persen untuk diperdagangkan pada 104,92 versus euro dan menguat 1,8 persen terhadap yuan menjadi diperdagangkan pada 13,15.
Bank sentral Rusia akan mengadakan pertemuan luar biasa pada Selasa untuk membahas tingkat suku bunga utamanya, yang saat ini sebesar 8,5 persen. Keputusan akan dipublikasikan pada pukul 10.30 waktu Moskow (07.30 GMT), kata bank sentral.
"Kami yakin regulator dapat menaikkan suku bunga utama menjadi 12 persen, yang akan membantu rubel kembali ke level fundamental yang lebih masuk akal dalam beberapa bulan mendatang (di bawah 90 per dolar)," kata Sber Investments dalam sebuah catatan.
Kenaikan darurat terbaru bank sentral terjadi pada akhir Februari 2022 dengan kenaikan suku bunga menjadi 20 persen sebagai dampak langsung dari invasi Rusia ke Ukraina. Setelah itu, bank terus menurunkan biaya pinjaman sebelum percepatan inflasi memaksa kenaikan 100 basis poin menjadi 8,5 persen bulan lalu.
"Bank sentral memiliki semua alat untuk menormalkan situasi dalam waktu dekat," kata penasihat ekonomi Presiden Vladimir Putin, Maxim Oreshkin, Senin (14/8/2023). "Adalah kepentingan ekonomi Rusia untuk memiliki rubel yang kuat."
Rubel telah melaju kencang sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, merosot ke rekor terendah 120 terhadap dolar sebulan kemudian sebelum pulih ke level tertinggi lebih dari tujuh tahun beberapa bulan kemudian, didukung oleh kontrol modal dan pendapatan ekspor yang melonjak.
Sementara Putin telah berulang kali memuji ketahanan ekonomi Rusia senilai 2 triliun dolar AS, tekanan perang darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua dan apa yang Barat anggap sebagai sanksi terberat dalam sejarah mulai menggigit.
Melemahnya rubel telah mendorong kenaikan harga sejumlah barang sehari-hari menjelang pemilihan presiden pada Maret 2024, meskipun suku bunga yang lebih tinggi akan membuat hidup lebih sulit bagi peminjam, termasuk perusahaan dan pemerintah karena membiayai operasi militer di Ukraina.
Baca juga: Rubel stabil terhadap dolar, indeks MOEX tertinggi baru pascainvasi
Baca juga: Rubel jatuh ke level terendah 17 bulan melewati 100 terhadap dolar
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: