Singapura (ANTARA) - Harga minyak bergerak lebih tinggi di perdagangan Asia pada Selasa sore, karena China secara tak terduga memangkas suku bunga utama untuk kedua kalinya dalam tiga bulan guna menopang pemulihan ekonomi yang tersendat, meskipun ekonomi lesu dari Beijing membatasi kenaikan.
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 32 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 86,53 dolar AS per barel pada pukul 06.44 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 26 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 82,77 dolar AS per barel.
Harga berbalik lebih tinggi setelah bank sentral China, People's Bank of China (PBoC) menurunkan suku bunga untuk 401 miliar yuan (55,3 miliar dolar AS) dalam pinjaman fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) satu tahun ke beberapa lembaga keuangan sebesar 15 basis poin menjadi 2,5 persen.
Suntikan tunai itu untuk mengatasi faktor-faktor termasuk pembayaran pajak buat "menjaga likuiditas sistem perbankan cukup memadai", kata PBoC dalam pernyataan daringnya.
"Pasar memperkirakan PBoC menunggu hingga September sebelum kembali melonggarkan kebijakannya, dan pemotongan hari ini menunjukkan bahwa kekhawatiran otoritas tentang keadaan ekonomi makro meningkat," kata Robert Carnell, Kepala Penelitian Asia Pasifik untuk ING Bank, dalam sebuah catatan.
Output industri China dan data penjualan ritel pada Selasa menunjukkan ekonomi melambat lebih lanjut bulan lalu, mengintensifkan tekanan pada pertumbuhan yang sudah goyah dan mendorong otoritas untuk memangkas suku bunga kebijakan utama buat menopang aktivitas.
Meskipun data ekonomi makro lemah, selera minyak China menunjukkan ketahanan. Throughput atau tingkat pengolahan kilang negara itu pada Juli naik 17,4 persen dari tahun sebelumnya, karena para penyuling terus meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan perjalanan musim panas domestik dan untuk mendapatkan margin keuntungan regional yang tinggi dengan mengekspor bahan bakar.
Selain itu, juga memberikan dukungan untuk harga minyak, ekonomi Jepang tumbuh jauh lebih cepat dari yang diharapkan pada April hingga Juni, karena ekspor mobil yang cepat dan kedatangan turis membantu mengimbangi hambatan dari pemulihan konsumen pasca-COVID yang melambat.
Sementara itu, produksi minyak dan gas alam dari daerah penghasil serpih utama AS akan turun pada September untuk bulan kedua berturut-turut ke level terendah sejak Mei, data Badan Informasi Energi (EIA) menunjukkan pada Senin (14/8).
Penurunan produksi AS dapat memperburuk keketatan pasokan minyak global, karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, memangkas produksi.
Baca juga: Minyak turun lebih jauh karena kekhawatiran China, penguatan dolar
Baca juga: Minyak turun di awal Asia jelang rilis data ekonomi utama China
Minyak naik di Asia karena China potong suku bunga guna dukung ekonomi
15 Agustus 2023 14:20 WIB
Ilustrasi - Kenaikan harga minyak. ANTARA/Shutterstock/pri
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023
Tags: