London (ANTARA News) - Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang KH Sholahuddin Wahid yang juga tokoh NU, menilai NU sebagai organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia masih "kalah" dengan Muhammadiyah yang jumlah anggota setengah dari NU.

"Buktinya, beberapa lembaga pendidikan milik Muhammadiyah banyak yang sudah terakreditasi A, sedangkan milik NU tidak banyak dan umumnya masih B. Ke depan, NU harus lebih meningkatkan perhatian kepada warganya," ujarnya di sela-sela muhibah di Maroko, pekan lalu.

Oleh karena itu, kata adik kandung mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu, organisasi NU harus lebih mengorganisasi diri dengan mengubah dari organisasi berbentuk segerombolan orang banyak ke organisasi yang berbentuk barisan besar yang memiliki kekuatan besar.

Dalam kesempatan itu, Gus Sholah juga memaparkan banyak hal seputar permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, di antaranya isu korupsi yang sudah sangat sistemik, sehingga susah sekali untuk diberantas.

"Karena itu, peran umat Islam dalam membangun bangsa harus ditingkatkan, mengingat umat Islam adalah umat mayoritas, namun kenyataan yang terjadi saat ini, umat Islam di Indonesia belum bisa banyak berbuat, termasuk kader-kader NU," katanya.

Sementara itu, Koordinator Lajnah Ta`lif wan Nasyr PCINU Maroko, Kusnadi El-Ghezwa kepada Antara London menyebutkan Gus Sholah mengadakan kunjungan Muhibah ke Maroko bersama rombongan selama sepekan.

Di sela padatnya agenda kunjungan, Gus Sholah memberikan tausiyah kepada kader NU dan beramah tamah dengan masyarakat Indonesia di Maroko bertempat di Wisma Duta KBRI.

"Selama di Maroko, Gus Sholah berkunjung ke Masjid Hasan II di Casablanca yang merupakan salah satu masjid terbesar di Afrika, lalu melakukan ziarah ke makam Sab`atur Rijal (wali Tujuh) yang merupakan penyebar Islam di Maroko di Kota Marrakech," katanya.

Gus Sholah juga melakukan ziarah ke makam pendiri dan guru besar Thariqah Tijaniyah, Moulay Idris (Raja Maroko tempo dulu), dan Ibnu al Araby (pemilik tafsir Ahkamul Quran) di kota Fez yang dikenal sebagai kota budaya itu.

Sebelumnya, Gus Sholah dan rombongan melakukan perjalanan ke Spanyol dan singgah sejenak di kota kelahiran Ibnu Bathutah (sang petualang legendaris) dan bertemu dengan kader-kader NU yang sedang menimba ilmu agama di kota itu.

Setelah itu, Gus Sholah melanjutkan kunjungan muhibah ke Spanyol untuk menjelajahi jejak peninggalan kejayaan Islam. Perjalanannya ditempuh melalui kapal laut dari pelabuhan internasional, Tarifa di Kota Tanger dengan jarak tempuh 30 menit.