"Target TFR kita 2,1 pada tahun 2024, secara teori itu memenuhi replacement level atau kondisi dimana posisi orang tua diganti dengan anak. Jadi 2,1 itu kelahiran per ibu dan anak. Kita ada yang namanya penduduk tumbuh seimbang, dimana penduduk kita tidak turun atau stabil, maka kita ingin mendapatkan angka 2,1 supaya penduduk kita stabil, tidak menurun untuk menyongsong Indonesia Emas 2045," kata Indra saat ditemui di Jakarta, Senin.
Adapun berdasarkan hasil penghitungan Indikator Kinerja Utama (IKU) BKKBN 2023, saat ini angka TFR ada di angka 2,14, sehingga Indra optimis target 2,1 bisa tercapai di tahun 2024.
Baca juga: BKKBN: Pengendalian kelahiran secara nasional sudah "on the track"
"Bonus demografi sebenarnya bukan bonus yang bisa langsung dimanfaatkan, istilahnya ini kesempatan. Ada penduduk usia produktif yang sangat banyak, tetapi mereka kan kesehatannya harus baik, pendidikannya tinggi, dan mereka juga harus mempunyai pekerjaan. Kalau kita bisa memanfaatkan bonus demografi ini, maka kita akan menuju Indonesia Emas 2045," katanya.
"Ini hanya dapat kita nikmati hingga 2030-an terakhir. Setelah itu penduduk usia produktif sudah mulai menurun ke depannya, maka dari itu TFR tadi juga perlu menjadi fokus kita. Memang nanti ke depannya untuk kebijakan penduduk di daerah harus berbeda-beda, yang masih di atas 2,1 diturunkan, yang di bawah itu juga dinaikkan, tetapi tetap dikontrol," ucapnya.
Baca juga: Kepala BKKBN: Angka kelahiran total di Indonesia alami disparitas