Jakarta (ANTARA) - PT Wilmar Padi Indonesia memulai melaksanakan program untuk membantu meningkatkan kemampuan pelaku usaha penggilingan padi melalui Mill Engagement Program (MEP) atau Program Penguatan Usaha Penggilingan Padi.

Menurut Rice Business Head PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) Saronto, MEP bertujuan meningkatkan kemampuan pelaku usaha penggilingan dalam mengolah gabah menjadi beras, sehingga dapat memenuhi standar industri.

"Program ini diharapkan dapat sesuai dengan arahan pemerintah dalam mendorong revitalisasi usaha penggilingan," kata Saronto di Jakarta, Senin.

Selama ini, lanjutnya, pelaku usaha penggilingan padi menghadapi masalah teknologi, oleh karena itu program ini akan fokus dalam peningkatan teknologi dan memberikan pendampingan dari tim perusahaan.

"Program ini diharapkan dapat membantu pelaku usaha penggilingan dalam meningkatkan bisnis dalam jangka panjang,” ujarnya.

Baca juga: Waka MPR: Perusahaan besar jangan gilas usaha penggilingan padi lokal

Baca juga: BRIN gandeng industri kembangkan varietas padi tahan hama


Dikatakannya, proyek percontohan tersebut akan dilaksanakan di Kabupaten Serang, Banten, pada Agustus 2023.

Saronto menambahkan bentuk bantuan dalam MEP akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing penggilingan, misalnya masalah yang umum dihadapi penggilingan di Serang adalah gabah berbau asap karena pemanggangan dilakukan secara tradisional.

Hal itu menyebabkan beras dari penggilingan belum memenuhi standar industri, lanjutnya, sehingga pelaku usaha penggilingan memasarkan di luar perusahaan karena dapat menerima beras dengan kualitas tersebut meski harganya jual lebih rendah.

Saat ini WPI telah menjalin kerja sama dengan sekitar 92 penggilingan padi di Banten dan Jawa Timur, yang mana ke depan diharapkan akan lebih banyak lagi pelaku usaha yang bergabung dalam MEP.

“Kami siap mendukung upaya pemerintah dalam merevitalisasi penggilingan,” ujar Saronto dalam keterangannya.

Somali, pelaku usaha penggilingan padi di di Kasemen, Kabupaten Serang menyebutkan saat ini sedang membangun penggilingan baru berkapasitas 20 ton per hari, yang akan dikhususkan untuk produksi beras premium.

WPI, lanjutnya, akan memberikan bantuan teknologi tungku dan pendampingan teknis dan pihaknya berharap bisa menghasilkan beras kualitas premium, untuk dipasok ke perusahaan tersebut.

Pengusaha penggilingan lainnya, Eka Hidayatulloh juga berpartisipasi dalam MEP. Penggilingan padi miliknya akan mendapatkan bantuan teknologi dan pendampingan dari perusahaan.

Sementara itu terkait harga gabah di pasaran, menurut Somali di Serang mencapai Rp6.400 – Rp6.500 per kg, bahkan tengkulak dari luar daerah berani membeli Rp6.600 per kg.

Sedangkan harga beli di WPI hanya Rp6.200- Rp6.300 per kg, lanjutnya, sehingga mendorong penggilingan lebih banyak menjual ke tengkulak.

Namun demikian dia menyatakan masih memasok ke pabrik karena pembayarannya lebih cepat dibanding dengan tengkulak.

Baca juga: WPI targetkan kemitraan dengan petani capai 10 ribu ha

Baca juga: Penerapan GAP dinilai kunci tingkatkan produksi padi