Dinkes Bogor imunisasi HPV anak perempuan cegah kanker serviks
12 Agustus 2023 23:27 WIB
Wali Kota Bogor, Jawa Barat Bima Arya Sugiarto (tengah, berseragam PNS) saat berinteraksi dengan siswa-siswi SDN Bangka 3 dalam peluncuran sekolah percontohan Kemendikbud beberapa waktu lalu. (ANTARA/Linna Susanti)
Kota Bogor (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat mulai melaksanakan kegiatan imunisasi pencegahan infeksi human papilloma virus (HPV) penyebab dominan kanker serviks dengan sasaran hanya anak perempuan kelas 5 sekola dasar/madrasah ibtidaiyah//sederajat dan anak perempuan usia sekolah yang tidak bersekolah hingga usia 11 tahun.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno di Kota Bogor, Sabtu, menyampaikan sasaran anak perempuan kelas 5 sekolah dasar (SD) di Kota Bogor sejumlah 9.588 anak, dengan target capaian 95 persen .Pemberian imunisasi HPV dilakukan di 352 SD/MI Sederajat melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Kegiatan ini mempertimbangkan tinggi beban penyakit yang disebabkan infeksi human papilloma virus yaitu 95 persen penyebab kanker serviks dan kini telah tersedia vaksin HPV yang aman untuk mencegah penyakit tersebut, maka dilakukan penambahan vaksin baru, yaitu vaksin HPV ke dalam program BIAS.
Baca juga: Kemenkes canangkan perluasan imunisasi HPV secara nasional
"Keterpaduan lintas program dan lintas sektor terkait diselenggarakan melalui wadah yang sudah ada, yaitu Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (TP UKS/M)," terangnya.
Retno mengungkapkan, perlu dukungan dari semua pihak untuk menyukseskan introduksi vaksin baru ke dalam program imunisasi nasional.
Sebanyak 95 persen kanker serviks disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV) dan biasa terjadi pada perempuan usia reproduksi. Ada lebih dari 100 tipe HPV dan sekitar 40 tipe dapat menginfeksi area genital.
Tipe yang paling sering menyebabkan kanker serviks, kanker vulva vagina, pre-kanker anal, dan kanker penis adalah tipe 16 dan 18 sedangkan tipe 6 dan 11 paling sering menyebabkan kutil kelamin.
Saat ini program nasional pencegahan kanker serviks yang sudah dilaksanakan adalah deteksi dini kanker serviks dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA).
Baca juga: BioFarma: Tahap awal Vaksin HPV Nusagard hanya buat imunisasi nasional
Deteksi dini dengan pemeriksaan IVA hanya dapat dilakukan pada perempuan yang sudah menikah.
Menurut Retno, upaya pemerintah terkait pencegahan kanker serviks akan semakin efektif jika dibarengi dengan upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi HPV pada anak usia sekolah.
Dalam melaksanakan imunisasi HPV yang terintegrasi dengan BIAS, sasaran yang harus dijangkau tidak hanya anak yang bersekolah di sekolah formal tetapi juga anak-anak yang bersekolah di sekolah-sekolah non formal, anak usia sekolah yang tidak bersekolah atau putus sekolah.
Bagi sasaran yang tidak bersekolah, Dinas Kesehatan Kota Bogor berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kota Bogor untuk pendataan sasaran dan pelaksanaannya akan melibatkan puskesmas.
"Imunisasi HPV semakin dini diberikan semakin baik, karena akan melindungi anak dari human papilloma virus yang kemudian hari menyebabkan kanker serviks. Komite penasihat keamanan vaksin organisasi kesehatan dunia, atau World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa vaksin HPV sangat aman dan tidak mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh," demikian Retno.
Baca juga: 12 juta peserta BPJS Kesehatan berisiko penyakit kronis
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno di Kota Bogor, Sabtu, menyampaikan sasaran anak perempuan kelas 5 sekolah dasar (SD) di Kota Bogor sejumlah 9.588 anak, dengan target capaian 95 persen .Pemberian imunisasi HPV dilakukan di 352 SD/MI Sederajat melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Kegiatan ini mempertimbangkan tinggi beban penyakit yang disebabkan infeksi human papilloma virus yaitu 95 persen penyebab kanker serviks dan kini telah tersedia vaksin HPV yang aman untuk mencegah penyakit tersebut, maka dilakukan penambahan vaksin baru, yaitu vaksin HPV ke dalam program BIAS.
Baca juga: Kemenkes canangkan perluasan imunisasi HPV secara nasional
"Keterpaduan lintas program dan lintas sektor terkait diselenggarakan melalui wadah yang sudah ada, yaitu Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (TP UKS/M)," terangnya.
Retno mengungkapkan, perlu dukungan dari semua pihak untuk menyukseskan introduksi vaksin baru ke dalam program imunisasi nasional.
Sebanyak 95 persen kanker serviks disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV) dan biasa terjadi pada perempuan usia reproduksi. Ada lebih dari 100 tipe HPV dan sekitar 40 tipe dapat menginfeksi area genital.
Tipe yang paling sering menyebabkan kanker serviks, kanker vulva vagina, pre-kanker anal, dan kanker penis adalah tipe 16 dan 18 sedangkan tipe 6 dan 11 paling sering menyebabkan kutil kelamin.
Saat ini program nasional pencegahan kanker serviks yang sudah dilaksanakan adalah deteksi dini kanker serviks dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA).
Baca juga: BioFarma: Tahap awal Vaksin HPV Nusagard hanya buat imunisasi nasional
Deteksi dini dengan pemeriksaan IVA hanya dapat dilakukan pada perempuan yang sudah menikah.
Menurut Retno, upaya pemerintah terkait pencegahan kanker serviks akan semakin efektif jika dibarengi dengan upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi HPV pada anak usia sekolah.
Dalam melaksanakan imunisasi HPV yang terintegrasi dengan BIAS, sasaran yang harus dijangkau tidak hanya anak yang bersekolah di sekolah formal tetapi juga anak-anak yang bersekolah di sekolah-sekolah non formal, anak usia sekolah yang tidak bersekolah atau putus sekolah.
Bagi sasaran yang tidak bersekolah, Dinas Kesehatan Kota Bogor berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kota Bogor untuk pendataan sasaran dan pelaksanaannya akan melibatkan puskesmas.
"Imunisasi HPV semakin dini diberikan semakin baik, karena akan melindungi anak dari human papilloma virus yang kemudian hari menyebabkan kanker serviks. Komite penasihat keamanan vaksin organisasi kesehatan dunia, atau World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa vaksin HPV sangat aman dan tidak mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh," demikian Retno.
Baca juga: 12 juta peserta BPJS Kesehatan berisiko penyakit kronis
Pewarta: Linna Susanti
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023
Tags: