Beijing (ANTARA) - Harga minyak turun tipis di perdagangan Asia pada Jumat sore, karena investor mempertimbangkan perkiraan permintaan yang optimis dari kelompok produsen OPEC terhadap data ekonomi yang beragam di importir utama minyak China.

Minyak mentah berjangka Brent turun 15 sen menjadi diperdagangkan di 86,25 dolar AS per barel pada pukul 05.15 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 13 sen menjadi diperdagangkan di 82,69 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan minyak telah mengalami kenaikan berkelanjutan sejak Juni, dengan minyak mentah WTI diperdagangkan pada Kamis (10/8/2023) di level tertinggi tahun ini dan Brent mencapai harga terbaiknya sejak Januari.

"Pasar minyak mungkin telah overbought dari reli multiminggu, meskipun penurunan produksi OPEC+ dan peningkatan prospek permintaan tetap menjadi faktor bullish," kata Tina Teng, analis pasar di CMC Markets di Auckland.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan pada Kamis (10/8/2023) bahwa mereka memperkirakan permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 2,25 juta barel per hari pada tahun 2024, dibandingkan dengan pertumbuhan 2,44 juta barel per hari pada tahun 2023. Kedua perkiraan tersebut tidak berubah dari bulan lalu.

Pada tahun 2024, pertumbuhan ekonomi yang solid di tengah perbaikan berkelanjutan di China diperkirakan akan mendorong konsumsi minyak, tambahnya.

Sentimen pasar juga terangkat oleh data harga konsumen AS untuk Juli pada Kamis (10/8/2023), yang memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga yang agresif.

Namun, Teng juga mencatat bahwa "data ekonomi China yang lesu dan penurunan di Wall Street membebani sentimen risiko, dan penguatan dolar AS juga menekan harga-harga komoditas".

Sementara data bea cukai menunjukkan impor minyak mentah naik dari tahun ke tahun, keseluruhan ekspor China anjlok 14,5 persen pada tahun lalu, dengan impor minyak mentah bulanan mundur dari rekor tertinggi Juni ke level terendah sejak Januari.

Data minggu ini juga menunjukkan harga konsumen China jatuh ke dalam deflasi dan harga gerbang pabrik memperpanjang penurunan pada Juli, meningkatkan kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Di sisi pasokan, harga telah didukung oleh perpanjangan pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia, di samping kekhawatiran pasokan didorong oleh potensi konflik antara Rusia dan Ukraina yang mengganggu pengiriman minyak Rusia di wilayah Laut Hitam.

Baden Moore, kepala pasar komoditas dan strategi karbon di National Australia Bank, mengatakan pasar minyak mentah kemungkinan akan menunjukkan defisit pasokan hingga paruh kedua tahun ini, tetapi itu akan kurang dari perkiraan OPEC untuk defisit sebesar sekitar 2 juta barel per hari pada kuartal September.

"Meskipun perkiraan defisit pasokan kami lebih rendah, kami perkirakan cukup untuk mendorong harga di atas 90 dolar AS per barel hingga paruh kedua 2023," tambah Moore.


Baca juga: Minyak naik tipis di awal Asia karena optimisme OPEC atas permintaan
Baca juga: Rubel Rusia menguat karena bank sentral intervensi stabilkan mata uang