Pariwisata DIY dikembangkan dengan basis budaya
7 April 2013 06:54 WIB
Candi Prambanan Yogyakarta. Obyek wisata Candi Prambanan menjadi salah satu tujuan wisatawan dari berbagai daerah untuk mengisi liburan tahun baru dengan jumlah pengunjung diperkirakan pencapai 15 ribu orang. (FOTO ANTARA/ Wahyu Putro A)
Yogyakarta (ANTARA News) - Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta harus dikembangkan dengan dilandasi basis budaya setempat, sehingga diharapkan menjadi potensi yang dapat `dijual` kepada wisatawan, kata Ketua Yayasan Widya Budaya Yogyakarta Widi Utaminingsih.
"Jika dilandasi dengan basis budaya lokal, diyakini pariwisata di daerah ini akan makin diminati wisatawan, dan pariwisata akan berkembang," katanya di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, pembangunan pariwisata berbasis budaya sudah saatnya dikembangkan sebagai gerakan penyadaran bagi pemangku kepentingan pariwisata. Untuk itu, mereka harus kembali ke basis awal, bahwa pembangunan pariwisata tidak boleh melupakan akar budaya masyarakat setempat.
Ia mengatakan pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hidup dan berkembang bersama budaya setempat, sehingga wisatawan tertarik mengunjungi daerah ini karena mengagumi produk budaya yang hidup dan dilestarikan oleh masyarakatnya sendiri.
"DIY memiliki banyak ragam budaya yang sampai saat ini masih hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Kekayaan budaya tersebut bahkan menjadi objek wisata yang menarik bagi wisatawan, misalnya tempat bersejarah, adat istiadat, masakan khas, dan kesenian tradisional," kata Widi Utaminingsih yang yayasannya bergerak dalam studi pengembangan pariwisata dan budaya berbasis potensi lokal.
Ia menyayangkan jika para pelaku usaha pariwisata di daerah ini hanya sebatas menjual potensi budaya yang dikemas dalam paket kunjungan wisata. "Padahal, di DIY juga memiliki desa budaya, desa wisata, sentra kerajinan, dan pusat kesenian rakyat," katanya.
Menurut dia, dengan kembali ke basis budaya dalam pengembangan pariwisata, diharapkan akan memperkokoh Yogyakarta sebagai pusat budaya, apalagi DIY kini sudah memiliki Undang-undang Keistimewaan.
"Selain itu, kegiatan seni dan budaya sebagai tontonan bagi wisatawan, hendaknya terus diselenggarakan, sehingga seni dan budaya yang banyak berkembang di wilayah perdesaan di DIY mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan," kata Widi Utaminingsih.
(H008/M008)
"Jika dilandasi dengan basis budaya lokal, diyakini pariwisata di daerah ini akan makin diminati wisatawan, dan pariwisata akan berkembang," katanya di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, pembangunan pariwisata berbasis budaya sudah saatnya dikembangkan sebagai gerakan penyadaran bagi pemangku kepentingan pariwisata. Untuk itu, mereka harus kembali ke basis awal, bahwa pembangunan pariwisata tidak boleh melupakan akar budaya masyarakat setempat.
Ia mengatakan pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hidup dan berkembang bersama budaya setempat, sehingga wisatawan tertarik mengunjungi daerah ini karena mengagumi produk budaya yang hidup dan dilestarikan oleh masyarakatnya sendiri.
"DIY memiliki banyak ragam budaya yang sampai saat ini masih hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Kekayaan budaya tersebut bahkan menjadi objek wisata yang menarik bagi wisatawan, misalnya tempat bersejarah, adat istiadat, masakan khas, dan kesenian tradisional," kata Widi Utaminingsih yang yayasannya bergerak dalam studi pengembangan pariwisata dan budaya berbasis potensi lokal.
Ia menyayangkan jika para pelaku usaha pariwisata di daerah ini hanya sebatas menjual potensi budaya yang dikemas dalam paket kunjungan wisata. "Padahal, di DIY juga memiliki desa budaya, desa wisata, sentra kerajinan, dan pusat kesenian rakyat," katanya.
Menurut dia, dengan kembali ke basis budaya dalam pengembangan pariwisata, diharapkan akan memperkokoh Yogyakarta sebagai pusat budaya, apalagi DIY kini sudah memiliki Undang-undang Keistimewaan.
"Selain itu, kegiatan seni dan budaya sebagai tontonan bagi wisatawan, hendaknya terus diselenggarakan, sehingga seni dan budaya yang banyak berkembang di wilayah perdesaan di DIY mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan," kata Widi Utaminingsih.
(H008/M008)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: