Menko Airlangga sebut pertemuan dengan Sekjen OECD berjalan positif
10 Agustus 2023 15:07 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama dengan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) Mathias Cormann usai pertemuan terkait rencana keanggotaan OECD Indonesia di Jakarta, Kamis (10/8/2023). ANTARA/Imamatul Silfia/am.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) Mathias Cormann berjalan dengan positif.
“Tadi Sekretariat OECD datang untuk bertukar pikiran mengenai rencana Indonesia untuk menjadi anggota OECD. Pada prinsipnya, mereka menyambut sangat positif,” kata Airlangga saat ditemui usai Pertemuan RI dengan Sekjen OECD di Jakarta, Kamis.
Menurut Airlangga, OECD telah melihat keberhasilan Indonesia dalam reformasi ekonomi serta penyelenggaraan berbagai forum internasional, mulai dari penanganan krisis COVID-19 serta Presidensi G20 yang kemudian dilanjutkan dengan Keketuaan ASEAN 2023.
Dia menjelaskan informasi mengenai rencana keanggotaan Indonesia telah disampaikan kepada 38 anggota OECD. Mereka kemudian akan membuat peta jalan (road map) mengenai keanggotaan Indonesia sebelum melanjutkan ke proses persetujuan.
Namun, Menko menggarisbawahi bahwa proses tersebut membutuhkan waktu yang panjang. Proses keanggotaan OECD umumnya membutuhkan waktu empat sampai delapan tahun. Oleh karena itu, keputusan keanggotaan Indonesia ke OECD tidak bisa diumumkan pada tahun ini.
Kendati demikian, Airlangga menyebut Indonesia akan menjadi negara Asia Tenggara pertama yang bergabung dengan OECD bila proses keanggotaan tersebut berhasil. Sementara dalam skala Asia, Indonesia akan menjadi negara yang ketiga.
Dampak keanggotaan OECD juga akan dirasakan oleh masyarakat. OECD didominasi oleh negara-negara berpendapatan tinggi sehingga rata-rata pendapatan per kapita negara anggota OECD sebesar 43,260.7 dolar AS pada 2022.
Bila Indonesia berhasil masuk dalam keanggotaan OECD, hal itu mengindikasikan Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang telah meningkat.
“Anggota OECD itu rata-rata pendapatan per kapita di atas 10.000 dolar AS, sehingga standar-standar yang dilakukan OECD itu menjadi tolok ukur dalam program pembangunan yang dilakukan di Indonesia. Dengan begitu, kita bisa lolos dari middle-income trap,” jelas Airlangga.
Per 2022, Indonesia termasuk dalam kategori negara berpendapatan menengah-atas (upper-middle income country) dengan pendapatan per kapita 4,580 dolar AS. Airlangga menargetkan Indonesia bisa memiliki pendapatan per kapita hingga 5.500 dolar AS pada tahun depan.
Lebih lanjut, Airlangga memastikan keanggotaan Indonesia ke OECD nantinya tidak akan menimbulkan konsekuensi buruk terhadap negara. Malah, sambung dia, kebijakan regulasi di Indonesia berpotensi untuk berkembang lebih baik.
Baca juga: Airlangga: OECD tanggapi positif permintaan keanggotaan Indonesia
Baca juga: Menperin ungkap Indonesia dalam proses masuk OECD
“Tadi Sekretariat OECD datang untuk bertukar pikiran mengenai rencana Indonesia untuk menjadi anggota OECD. Pada prinsipnya, mereka menyambut sangat positif,” kata Airlangga saat ditemui usai Pertemuan RI dengan Sekjen OECD di Jakarta, Kamis.
Menurut Airlangga, OECD telah melihat keberhasilan Indonesia dalam reformasi ekonomi serta penyelenggaraan berbagai forum internasional, mulai dari penanganan krisis COVID-19 serta Presidensi G20 yang kemudian dilanjutkan dengan Keketuaan ASEAN 2023.
Dia menjelaskan informasi mengenai rencana keanggotaan Indonesia telah disampaikan kepada 38 anggota OECD. Mereka kemudian akan membuat peta jalan (road map) mengenai keanggotaan Indonesia sebelum melanjutkan ke proses persetujuan.
Namun, Menko menggarisbawahi bahwa proses tersebut membutuhkan waktu yang panjang. Proses keanggotaan OECD umumnya membutuhkan waktu empat sampai delapan tahun. Oleh karena itu, keputusan keanggotaan Indonesia ke OECD tidak bisa diumumkan pada tahun ini.
Kendati demikian, Airlangga menyebut Indonesia akan menjadi negara Asia Tenggara pertama yang bergabung dengan OECD bila proses keanggotaan tersebut berhasil. Sementara dalam skala Asia, Indonesia akan menjadi negara yang ketiga.
Dampak keanggotaan OECD juga akan dirasakan oleh masyarakat. OECD didominasi oleh negara-negara berpendapatan tinggi sehingga rata-rata pendapatan per kapita negara anggota OECD sebesar 43,260.7 dolar AS pada 2022.
Bila Indonesia berhasil masuk dalam keanggotaan OECD, hal itu mengindikasikan Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang telah meningkat.
“Anggota OECD itu rata-rata pendapatan per kapita di atas 10.000 dolar AS, sehingga standar-standar yang dilakukan OECD itu menjadi tolok ukur dalam program pembangunan yang dilakukan di Indonesia. Dengan begitu, kita bisa lolos dari middle-income trap,” jelas Airlangga.
Per 2022, Indonesia termasuk dalam kategori negara berpendapatan menengah-atas (upper-middle income country) dengan pendapatan per kapita 4,580 dolar AS. Airlangga menargetkan Indonesia bisa memiliki pendapatan per kapita hingga 5.500 dolar AS pada tahun depan.
Lebih lanjut, Airlangga memastikan keanggotaan Indonesia ke OECD nantinya tidak akan menimbulkan konsekuensi buruk terhadap negara. Malah, sambung dia, kebijakan regulasi di Indonesia berpotensi untuk berkembang lebih baik.
Baca juga: Airlangga: OECD tanggapi positif permintaan keanggotaan Indonesia
Baca juga: Menperin ungkap Indonesia dalam proses masuk OECD
Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023
Tags: