BPS: Pemprov Aceh perlu optimalkan sektor industri
8 Agustus 2023 20:15 WIB
Ilustrasi - Rombongan pejabat Badan Usaha Milik Daerah PT Pembangunan Aceh (PEMA) dan PT Alpine Green meninjau lokasi Kawasan Industri Aceh (KIA) di desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Jumat (12/11/2021). ANTARA FOTO/Ampelsa
Banda Aceh (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan Pemerintah Provinsi Aceh perlu mengoptimalkan sektor industri yang masih minim dan tumbuh negatif di daerah itu dalam upaya mendorong peningkatan ekonomi Aceh dan kesejahteraan masyarakat.
“Yang menarik industri, ke depan memang pemerintah dengan dukungan banyak pihak perlu mendorong bagaimana sektor industri bisa didorong bisa tumbuh positif,” kata Kepala BPS Aceh Ahmadriswan Nasution di Banda Aceh, Selasa.
Ia menjelaskan, pada triwulan II 2023, Aceh mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4,37 persen, dibanding periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Menurut lapangan usaha, sektor yang menyumbang pertumbuhan ekonomi Aceh paling dominan yaitu pertanian kehutanan dan perikanan sebesar 1,37 persen, konstruksi 1,03 persen dan perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor 0,96 persen.
Sedangkan sektor yang memberi pertumbuhan negatif pada periode itu di antaranya pertambangan dan penggalian minus 0,68 persen, industri pengolahan minus 0,24 persen dan jasa keuangan dan asuransi minus 0,23 persen.
Oleh sebab itu, kata Ahmadriswan, ada dua pilihan yang dapat dilakukan oleh Pemprov Aceh untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi di provinsi paling barat Indonesia itu.
Seperti, lanjut dia, pemerintah bisa tetap berupaya mempertahankan sektor-sektor yang menjadi penyumbang tertinggi dalam pertumbuhan ekonomi seperti pertanian, perdagangan dan konstruksi.
“Dan juga mendorong sektor lain yang masih pertumbuhan negatif, seperti sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri,” ujarnya.
Apalagi sektor industri, menurut dia, sangat penting untuk dioptimalkan dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi, karena akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja hingga peningkatan pendapatan.
“Industri ini juga terkait dengan penyerapan tenaga kerja, dan dengan terserap tenaga kerja maka mendorong peningkatan pendapatan dan peningkatan pendapatan itu juga mendorong peningkatan konsumsi, jadi ada multiplier effect,” ujarnya.
Untuk kondisi Aceh saat ini, dia menambahkan, distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh masih didominasi oleh sektor primer yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan yang mencapai 30,29 persen.
Selanjutnya, sektor lapangan usaha perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor 14,83 persen, administrasi pemerintah pertahanan dan jaminan sosial wajib 9,30 persen, konstruksi 8,61 persen dan pertambangan dan penggalian 7,67 persen.
Baca juga: BI: Ekonomi Aceh sepuluh tahun terakhir terendah di Sumatera
Baca juga: Bea Cukai dorong Pemprov Aceh bangun pabrik untuk olah hasil alam
Baca juga: Kementerian ESDM: Potensi migas di Aceh menjanjikan, khususnya Andaman
“Yang menarik industri, ke depan memang pemerintah dengan dukungan banyak pihak perlu mendorong bagaimana sektor industri bisa didorong bisa tumbuh positif,” kata Kepala BPS Aceh Ahmadriswan Nasution di Banda Aceh, Selasa.
Ia menjelaskan, pada triwulan II 2023, Aceh mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4,37 persen, dibanding periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Menurut lapangan usaha, sektor yang menyumbang pertumbuhan ekonomi Aceh paling dominan yaitu pertanian kehutanan dan perikanan sebesar 1,37 persen, konstruksi 1,03 persen dan perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor 0,96 persen.
Sedangkan sektor yang memberi pertumbuhan negatif pada periode itu di antaranya pertambangan dan penggalian minus 0,68 persen, industri pengolahan minus 0,24 persen dan jasa keuangan dan asuransi minus 0,23 persen.
Oleh sebab itu, kata Ahmadriswan, ada dua pilihan yang dapat dilakukan oleh Pemprov Aceh untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi di provinsi paling barat Indonesia itu.
Seperti, lanjut dia, pemerintah bisa tetap berupaya mempertahankan sektor-sektor yang menjadi penyumbang tertinggi dalam pertumbuhan ekonomi seperti pertanian, perdagangan dan konstruksi.
“Dan juga mendorong sektor lain yang masih pertumbuhan negatif, seperti sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri,” ujarnya.
Apalagi sektor industri, menurut dia, sangat penting untuk dioptimalkan dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi, karena akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja hingga peningkatan pendapatan.
“Industri ini juga terkait dengan penyerapan tenaga kerja, dan dengan terserap tenaga kerja maka mendorong peningkatan pendapatan dan peningkatan pendapatan itu juga mendorong peningkatan konsumsi, jadi ada multiplier effect,” ujarnya.
Untuk kondisi Aceh saat ini, dia menambahkan, distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh masih didominasi oleh sektor primer yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan yang mencapai 30,29 persen.
Selanjutnya, sektor lapangan usaha perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor 14,83 persen, administrasi pemerintah pertahanan dan jaminan sosial wajib 9,30 persen, konstruksi 8,61 persen dan pertambangan dan penggalian 7,67 persen.
Baca juga: BI: Ekonomi Aceh sepuluh tahun terakhir terendah di Sumatera
Baca juga: Bea Cukai dorong Pemprov Aceh bangun pabrik untuk olah hasil alam
Baca juga: Kementerian ESDM: Potensi migas di Aceh menjanjikan, khususnya Andaman
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023
Tags: