Sukamta beberkan tiga topik bahasan dalam komite sosial-ekonomi AIPA
8 Agustus 2023 17:22 WIB
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Sukamta saat konferensi pers di sela acara rangkaian Sidang Umum ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) Ke-44, Jakarta, Selasa (8/8/2023). (ANTARA/HO-DPR)
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Sukamta membeberkan tiga topik yang menjadi pembahasan dalam komite sosial dan ekonomi pada rangkaian Sidang Umum ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) Ke-44 di Jakarta, Selasa.
“Pertama, itu adalah parlemen mendorong untuk pengembangan ekonomi yang bebas narkoba; yang kedua, adalah tema tentang green economy, ekonomi yang lebih ramah lingkungan; dan yang ketiga adalah peningkatan lapangan kerja untuk orang-orang yang tidak punya tempat tinggal dan angkatan muda,” kata Sukamta saat konferensi pers di sela acara.
Terkait topik pertama pengembangan ekonomi yang bebas narkoba, Sukamta menjelaskan bahwa parlemen negara anggota AIPA menginginkan agar persoalan narkoba yang menjadi persoalan global itu tidak hanya diselesaikan melalui pendekatan dari hukum dan kriminalnya saja.
“Tapi juga pendekatan ekonomi, pendekatan sosial budaya, sehingga kita harapkan orang yang terlibat, orang yang terjebak, orang yang tergoda untuk terlibat di dalam narkoba, baik sebagai pengguna maupun sebagai pengedar itu makin lama makin sedikit, dan semoga persoalan narkoba ini segera bisa diatasi,” ujarnya.
Hal tersebut, kata dia, sebagaimana persetujuan yang disepakati dalam ASEAN Inter-Parliamentary Assembly Advisory Council on Dangerous Drugs (AIPACODD) Ke-6 di Bogor, Jawa Barat, Mei lalu.
“Jadi kali ini di General Assembly AIPA ini menyetujui, menguatkan, mengokohkan, keputusan yang sudah dibuat di AIPACODD,” imbuhnya.
Kemudian topik kedua soal ekonomi hijau (green economy), lanjut dia, parlemen negara anggota AIPA berharap pertumbuhan ekonomi yang terjadi di ASEAN tidak hanya berorientasi pada ekonomi semata, melainkan menaruh perhatian pada kelestarian lingkungan.
Menurut dia, perhatian yang diberikan pada topik ekonomi hijau tersebut lantaran ASEAN diproyeksikan akan menjadi pusat pertumbuhan baru di Asia maupun dunia.
“Sehingga pertumbuhan ekonomi yang ramah terhadap manusianya, ramah terhadap flora faunanya, dan juga terhadap lingkungan bumi secara keseluruhan,” ucapnya.
Dalam pembahasannya, tambah dia, parlemen masing-masing negara ASEAN didorong untuk mengawal adanya undang-undang maupun platform, serta indikator pengukuran green economy.
“Termasuk di dalamnya adalah green jobs, kita tahu bahwa sekarang ini angkatan muda baru di ASEAN pertumbuhan tenaga kerjanya paling tinggi. Saya kira kita sudah menikmati bonus demografi, dan kita berbarengan juga dengan zaman digital era digital, internet of things, artificial intelligence, itu salah satu dari bentuk green economy yang perlu menjadi penekanan,” katanya.
Terakhir, Sukamta menuturkan topik yang dibahas ialah terkait perlunya perhatian khusus bagi peningkatan lapangan kerja dan kesejahteraan untuk orang-orang yang tidak punya tempat tinggal maupun angkatan muda ASEAN.
“Peningkatan lapangan kerja untuk angkatan muda, generasi milenial, generasi XYZ, yang sekarang ini jumlahnya sangat fantastik di ASEAN, dan khususnya di Indonesia, serta orang-orang yang kehilangan tempat tinggal, baik itu karena pengungsi karena persoalan-persoalan yang lain urbanisasi disaster dan seterusnya,” ucap dia.
Sidang Umum AIPA Ke-44 merupakan salah satu puncak keketuaan DPR RI di AIPA menyusul presidensi DPR sebagai Ketua AIPA tahun 2023, sejalan dengan keketuaan Indonesia di ASEAN.
Sidang Umum AIPA Ke-44 yang digelar di Jakarta mulai Senin (7/8) hingga Rabu (9/8) itu mengusung tema "Responsive Parliaments for a Stable and Prosperous ASEAN" atau Parlemen yang responsif untuk ASEAN yang stabil dan sejahtera.
Baca juga: Puan: AIPA jadi contoh penanganan permasalahan global
Baca juga: BKSAP: Dua draf resolusi yang diajukan DPR akan diplenokan pada Rabu
“Pertama, itu adalah parlemen mendorong untuk pengembangan ekonomi yang bebas narkoba; yang kedua, adalah tema tentang green economy, ekonomi yang lebih ramah lingkungan; dan yang ketiga adalah peningkatan lapangan kerja untuk orang-orang yang tidak punya tempat tinggal dan angkatan muda,” kata Sukamta saat konferensi pers di sela acara.
Terkait topik pertama pengembangan ekonomi yang bebas narkoba, Sukamta menjelaskan bahwa parlemen negara anggota AIPA menginginkan agar persoalan narkoba yang menjadi persoalan global itu tidak hanya diselesaikan melalui pendekatan dari hukum dan kriminalnya saja.
“Tapi juga pendekatan ekonomi, pendekatan sosial budaya, sehingga kita harapkan orang yang terlibat, orang yang terjebak, orang yang tergoda untuk terlibat di dalam narkoba, baik sebagai pengguna maupun sebagai pengedar itu makin lama makin sedikit, dan semoga persoalan narkoba ini segera bisa diatasi,” ujarnya.
Hal tersebut, kata dia, sebagaimana persetujuan yang disepakati dalam ASEAN Inter-Parliamentary Assembly Advisory Council on Dangerous Drugs (AIPACODD) Ke-6 di Bogor, Jawa Barat, Mei lalu.
“Jadi kali ini di General Assembly AIPA ini menyetujui, menguatkan, mengokohkan, keputusan yang sudah dibuat di AIPACODD,” imbuhnya.
Kemudian topik kedua soal ekonomi hijau (green economy), lanjut dia, parlemen negara anggota AIPA berharap pertumbuhan ekonomi yang terjadi di ASEAN tidak hanya berorientasi pada ekonomi semata, melainkan menaruh perhatian pada kelestarian lingkungan.
Menurut dia, perhatian yang diberikan pada topik ekonomi hijau tersebut lantaran ASEAN diproyeksikan akan menjadi pusat pertumbuhan baru di Asia maupun dunia.
“Sehingga pertumbuhan ekonomi yang ramah terhadap manusianya, ramah terhadap flora faunanya, dan juga terhadap lingkungan bumi secara keseluruhan,” ucapnya.
Dalam pembahasannya, tambah dia, parlemen masing-masing negara ASEAN didorong untuk mengawal adanya undang-undang maupun platform, serta indikator pengukuran green economy.
“Termasuk di dalamnya adalah green jobs, kita tahu bahwa sekarang ini angkatan muda baru di ASEAN pertumbuhan tenaga kerjanya paling tinggi. Saya kira kita sudah menikmati bonus demografi, dan kita berbarengan juga dengan zaman digital era digital, internet of things, artificial intelligence, itu salah satu dari bentuk green economy yang perlu menjadi penekanan,” katanya.
Terakhir, Sukamta menuturkan topik yang dibahas ialah terkait perlunya perhatian khusus bagi peningkatan lapangan kerja dan kesejahteraan untuk orang-orang yang tidak punya tempat tinggal maupun angkatan muda ASEAN.
“Peningkatan lapangan kerja untuk angkatan muda, generasi milenial, generasi XYZ, yang sekarang ini jumlahnya sangat fantastik di ASEAN, dan khususnya di Indonesia, serta orang-orang yang kehilangan tempat tinggal, baik itu karena pengungsi karena persoalan-persoalan yang lain urbanisasi disaster dan seterusnya,” ucap dia.
Sidang Umum AIPA Ke-44 merupakan salah satu puncak keketuaan DPR RI di AIPA menyusul presidensi DPR sebagai Ketua AIPA tahun 2023, sejalan dengan keketuaan Indonesia di ASEAN.
Sidang Umum AIPA Ke-44 yang digelar di Jakarta mulai Senin (7/8) hingga Rabu (9/8) itu mengusung tema "Responsive Parliaments for a Stable and Prosperous ASEAN" atau Parlemen yang responsif untuk ASEAN yang stabil dan sejahtera.
Baca juga: Puan: AIPA jadi contoh penanganan permasalahan global
Baca juga: BKSAP: Dua draf resolusi yang diajukan DPR akan diplenokan pada Rabu
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: