Kota situs arkeologis Suriah, Palmyra, terancam hancur
4 April 2013 20:39 WIB
Seorang perempuan mengenakan syal dengan warna bendera oposisi Suriah di salah satu daerah yang hancur akibat konflik di Deir al-Zor, Suriah, Minggu (3/3). Keadaan di banyak kawasan lain pertempuran perang saudara di Suriah tidak jauh berbeda, menghilangkan 130.000 nyawa warga Suriah sejak dua tahun lalu. (REUTERS/Khalil Ashawi)
Beirut (ANTARA News) - Kota kuno oase di Suriah, Palmyra, rusak akibat bentrokan antara pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan gerilyawan yang berusaha menggulingkan presiden di antara lokasi arkeologi sangat berharga, kata seorang warga, Rabu (3/4).
Rekaman amatir yang goyang dan dibuat warga itu memperlihatkan bagian depan Kuil Baal, yang berasal dari Abad I, dengan tembok batu bernilai sejarah dunia, yang berlubang besar digodam peluru mortir pasukan al-Asaad. Jajaran tiang besar yang membentang dari kuil tersebut telah dibuat berlubang oleh pecahan amunisi.
Gerilyawan ada di sekitar kota, kata warga itu --yang tak ingin namanya disebutkan karena khawatir dijebloskan ke dalam penjara. "Mereka bersembunyi di gurun, sebagian ke arah timur dan sebagian ke barat."
Kelompok gerilyawan tersebut menyerang posisi pemerintah di Kota Palmyra pada malam hari katanya.
Gerilyawan, yang bersembunyi di kebun korma di balik reruntuhan, merayap ke arah peninggalan kuno itu, yang pernah menjadi tempat singgah buat rombongan yang menyeberangi gurun Suriah sambil membawa rempah-rempah, sutra dan parfum, dan Kota Modern Tadmur di belakangnya.
Pemerintah menanggapi dengan menembakkan peluru mortir, artileri dan roket, kata warga tersebut sebagaimana diberitakan Reuters, Kamis malam.
"Selama dua bulan belakangan, setiap malam kami dibom," kata warga itu, yang mendukung gerakan oposisi. "Militer telah menempatkan diri di museum, di antara kota dan peninggalan tersebut."
Tentara mengambil tempat di hotel mewah yang pernah populer di kalangan wisatawan. Militer juga memasuki Teater Roma dan menempatkan penembak jitu di balik tembok batunya, kata warga itu.
Warga Tadmur turun ke jalan pada Maret 2011 untuk menyerukan pembaruan demokratis dan diakhirinya sistem dinasti, kekuasaan empat dasawarsa keluarga al-Assad.
Namun di berbagai kota besar lain, polisi dan pasukan keamanan menindak aksi semacam itu, sehingga mengakibatkan revolusi bersenjata dan perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 70.000 orang dan membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal mereka di seluruh negara Timur Tengah tersebut.
Banyak wilayah Suriah telah jatuh ke tangan gerilyawan tapi pemerintah telah berusaha mempertahankan Palmyra.
Maamoun Abdulkarim, Direktur Barang Antik dan Museum di Kementerian Kebudayaan, memberitahu Reuters bagian dalam kuil itu tidak rusak dalam serangan mortir, yang mengakibatkan "sangat banyak kerusakan seperti kebakaran".
Bentrokan di kebun korma di belakang kuil tersebut dan peluru nyasar bisa mengenai tiang itu dan bagian luar peninggalan bersejarah tersebut, katanya melalui telepon dari Damaskus. Namun ia mengatakan sebagian besar lokasi Palmyra aman.
"Keadaan terkendali dan mengenai kerusakan pada lokasi arkeologi, itu tak ada apa-apanya," katanya.
"Militer Suriah berada di beberapa daerah lokasi arkeologi dan kami menentang ini. Kami menyeru Pemerintah Suriah dan semua pihak agar menjauhkan diri mereka dari lokasi tersebut jadi tempat itu tidak menjadi saran serangan masing-masing pihak," katanya.
(C003)
Rekaman amatir yang goyang dan dibuat warga itu memperlihatkan bagian depan Kuil Baal, yang berasal dari Abad I, dengan tembok batu bernilai sejarah dunia, yang berlubang besar digodam peluru mortir pasukan al-Asaad. Jajaran tiang besar yang membentang dari kuil tersebut telah dibuat berlubang oleh pecahan amunisi.
Gerilyawan ada di sekitar kota, kata warga itu --yang tak ingin namanya disebutkan karena khawatir dijebloskan ke dalam penjara. "Mereka bersembunyi di gurun, sebagian ke arah timur dan sebagian ke barat."
Kelompok gerilyawan tersebut menyerang posisi pemerintah di Kota Palmyra pada malam hari katanya.
Gerilyawan, yang bersembunyi di kebun korma di balik reruntuhan, merayap ke arah peninggalan kuno itu, yang pernah menjadi tempat singgah buat rombongan yang menyeberangi gurun Suriah sambil membawa rempah-rempah, sutra dan parfum, dan Kota Modern Tadmur di belakangnya.
Pemerintah menanggapi dengan menembakkan peluru mortir, artileri dan roket, kata warga tersebut sebagaimana diberitakan Reuters, Kamis malam.
"Selama dua bulan belakangan, setiap malam kami dibom," kata warga itu, yang mendukung gerakan oposisi. "Militer telah menempatkan diri di museum, di antara kota dan peninggalan tersebut."
Tentara mengambil tempat di hotel mewah yang pernah populer di kalangan wisatawan. Militer juga memasuki Teater Roma dan menempatkan penembak jitu di balik tembok batunya, kata warga itu.
Warga Tadmur turun ke jalan pada Maret 2011 untuk menyerukan pembaruan demokratis dan diakhirinya sistem dinasti, kekuasaan empat dasawarsa keluarga al-Assad.
Namun di berbagai kota besar lain, polisi dan pasukan keamanan menindak aksi semacam itu, sehingga mengakibatkan revolusi bersenjata dan perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 70.000 orang dan membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal mereka di seluruh negara Timur Tengah tersebut.
Banyak wilayah Suriah telah jatuh ke tangan gerilyawan tapi pemerintah telah berusaha mempertahankan Palmyra.
Maamoun Abdulkarim, Direktur Barang Antik dan Museum di Kementerian Kebudayaan, memberitahu Reuters bagian dalam kuil itu tidak rusak dalam serangan mortir, yang mengakibatkan "sangat banyak kerusakan seperti kebakaran".
Bentrokan di kebun korma di belakang kuil tersebut dan peluru nyasar bisa mengenai tiang itu dan bagian luar peninggalan bersejarah tersebut, katanya melalui telepon dari Damaskus. Namun ia mengatakan sebagian besar lokasi Palmyra aman.
"Keadaan terkendali dan mengenai kerusakan pada lokasi arkeologi, itu tak ada apa-apanya," katanya.
"Militer Suriah berada di beberapa daerah lokasi arkeologi dan kami menentang ini. Kami menyeru Pemerintah Suriah dan semua pihak agar menjauhkan diri mereka dari lokasi tersebut jadi tempat itu tidak menjadi saran serangan masing-masing pihak," katanya.
(C003)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: