Heru mengatakan hal itu saat menerima Dokumen Basic Engineering Design (BED) MRT Jalur Timur-Barat (East-West) Fase 1 Tahap 1 dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Saat ini, MRT Jalur Utara-Selatan telah beroperasi sepanjang 16 kilometer (km) dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI dengan rata-rata penumpang harian telah mencapai 100.000 per hari.
Baca juga: DPRD DKI sambut baik Parlemen Hanoi pelajari pembangunan MRT Jakarta
Selain penyelenggaraan operasional MRT, Pemprov DKI Jakarta juga telah memberikan mandat kepada PT MRT Jakarta untuk mengelola dan mengembangkan Kawasan Berorientasi Transit (Transit Oriented Development/TOD) pada MRT Jalur Utara-Selatan.
"Kami berharap dengan pengembangan jalur MRT Jakarta Fase 3 akan mendukung perkembangan transportasi publik perkeretaapian yang berdampak luas bagi masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya," ujar Heru seperti disampaikan dalam keterangan tertulisnya.
MRT Jalur Timur-Barat merupakan inisiatif Kemenhub RI dan Pemprov DKI Jakarta. Pembangunannya menjadi bagian dari pengembangan jaringan MRT Jalur Utara-Selatan.
Baca juga: Aplikasi MRT Jakarta kini punya fitur beli voucher digital
Pada Fase 1 Tahap 1 ini, pengembangan MRT koridor Timur-Barat akan meliputi jalur dari Tomang sampai dengan Medan Satria. Secara keseluruhan koridor yang tersambung akan membentang 90 kilometer dari Balaraja di Tangerang hingga Cikarang.
Budi berharap, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta segera menunjuk institusi di bawah kendali dan kewenangannya untuk melaksanakan pembangunan proyek MRT Jalur Timur-Barat.
Kementerian Perhubungan, kata Budi, terus mendukung implementasi pengembangan transportasi massal berbasis rel bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Diharapkan 'groundbreaking' dapat dilakukan pada bulan Agustus 2024," kata Budi.