Jakarta (ANTARA News) - Mata uang rupiah pada Kamis sore kembali berada dalam area negatif atau melemah sebesar 30 poin terhadap dolar AS dipicu kekhawatiran ekspektasi inflasi.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak melemah nilainya sebesar 30 poin menjadi Rp9.775 dibanding posisi sebelumnya Rp9.745 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah masih bergerak negatif, tekanan salah satunya berasal dari kekhawatiran terhadap ekspektasi inflasi. Upaya mengatasi inflasi yang bersumber dari bahan makanan belum terlihat signifikan, membuat ekspektasi kenaikan inflasi masih akan berlanjut," kata Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih di Jakarta.

Ia menambahkan risiko kenaikan inflasi yang berlanjut masih terbuka terutama menunggu keputusan pemerintah terhadap kebijakan BBM subsidi.

Menurut dia, kendati juru bicara Presiden mengatakan Presiden RI tidak akan menaikkan harga BBM subsidi pada tahun ini, tetapi kebijakan pembatasan konsumsi BBM juga akan memberikan efek inflasi walaupun tidak sebesar jika menaikkan harga BBM.

Selain itu, lanjut Lana, defisit Februari pada neraca perdagangan sebesar 327,4 juta dolar AS, membuat salah satu sumber cadangan devisa berkurang, yang selanjutnya berdampak pada dukungan terhadap nilai tukar rupiah.

"Defisit neraca perdagangan ini kami perkirakan berlanjut di tengah masih lemahnya ekspor non migas terutama ekspor berbasis komoditas," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia tercatat mata uang rupiah bergerak melemah nilainya menjadi Rp9.749 dibanding posisi sebelumnya Rp9.743 per dolar AS.