Sao Paulo (ANTARA) - Delapan negara-negara wilayah hutan hujan Amazon diperkirakan menghadapi perpecahan atas usulan untuk menolak pengeboran minyak baru dan penghentian penggundulan hutan dalam pertemuan hari Selasa (8/8) dalam KTT mereka yang pertama setelah 14 tahun.

Pertemuan Organisasi Perjanjian Kerjasama Amazon (ACTO) itu mengumpulkan kepala negara dari Bolivia, Brazil, Kolombia, Ekuador, Guyana, Peru, Suriname dan Venezuela selama dua hari di kota Belem, utara Brazil.

Tujuannya adalah membentuk kebijakan yang terpadu, menentukan tujuan dan posisi dalam negosiasi dengan dunia internasional dalam 130 isu mulai dari pembiayaan untuk pembangunan berkesinambungan hingga inklusi warga pribumi.

Namun dalam pertemuan pra-KTT pada bulan lalu, Presiden Kolombia Gustavo Petro mendesak Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva untuk memblokir pengembangan tambang minyak baru di Amazon. Brazil sedang menimbang-nimbang untuk mengembangkan potensi minyak besar di lepas pantai di mulut sungai Amazon.

"Apakah kita akan membiarkan hidrokarbon dieksplorasi di di hutan hujan Amazon? Untuk membagikannya sebagai blok-blok eksplorasi? Apakah ada harta di sana ataukah matinya kemanusiaan?" tanya Petro dalam pidatonya di samping Lula.

Beberapa hari kemudian, Petro menggarisbawahi isu itu dalam opini di harian Miami Herald, dengan menulis: "Sebagai kepala negara, kita harus memastikan berakhirnya eksplorasi minyak dan gas baru di Amazon".

Perdebatan tentang pengeboran minyak dekat mulut sungai Amazon telah menimbullkan pertikaian sengit di pemerintahan Lula yang baru berumur tujuh bulan, pertikaian antara penasehat pembangunan regional melawan kelompok pencinta lingkungan.

Ketika ditanya apakah minyak akan menjadi salah satu faktor kesepakatan di KTT tersebut, diplomat Brazil mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa isi pernyataan bersama masih dinegosiasikan dan perkembangan ekonomi lebih luas akan jadi pembahasan.

Pejabat Pemerintah Brazil, yang tidak berwenang untuk berbicara kepada media, mengatakan bahwa Kolombia berada di posisi yang mudah untuk mengusulkan penolakan pengeboran minyak baru di Amazon karena tidak memiliki cadangan minyak yang signifikan di daerahnya, tidak seperti Brazil atau Peru.

Sementara untuk Brazil, Lula mendorong pada pra-KTT di Leticia, Kolombia, agar para negara di kawasan tersebut untuk bertekad menghentikan penggundulan hutan pada 2030. Hanya Bolivia dan Venezuela yang belum menyatakan komitmen tersebut.

Bolivia bisa jadi penghalang terhadap pakta regional 2030 itu, kata sumber dari pemerintah Brazil. Hilangnya hutan primer di negara itu meningkat 32 persen tahun lalu akibat kebakaran hutan dan ekspansi pertanian yang cepat, menurut Global Forest Watch.

Pemerintah Bolivia tidak merespon pertanyaan yang diajukan terkait masalah tersebut.

Perbedaan lain yang dapat muncul di KTT adalah pertentangan yang lebih ringan mengenai prioritas. Kolombia menyelenggarakan pra-KTT di mana agenda utama adalah kolaborasi lintas batas untuk mengatasi meningkatnya ancaman pengedar narkoba yang melakukan kejahatan terhadap lingkungan di Amazon.

Brazil, secara kontras, menitikberatkan kesempatan bagi pengembangan yang berkelanjutan, yang menggambarkan platform kampanye Presiden Lula yang berfokus pada pengurangan kemiskinan dan konservasi.

Sumber: Reuters
Baca juga: Inggris siap sumbang Rp1,4 triliun untuk Dana Amazon
Baca juga: Norwegia dukung usaha Brazil menarik negara donor untuk Dana Amazon
Baca juga: AS desak hutan Amazon dilindungi demi capai target iklim dunia