Schneider Electric paparkan tahapan wujudkan bangunan zero karbon
7 Agustus 2023 15:25 WIB
Arsip foto - Pemandangan di salah satu sekolah "net zero karbon", SDN Ragunan 08 Pagi Jakarta, Kamis (29/9/2022). ANTARA/Luthfia Miranda Putri/aa.
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan pengelolaan energi dan otomasi Schneider Electric memaparkan sejumlah tahapan penting dalam mewujudkan bangunan zero karbon untuk mendukung program pemerintah dalam pencapaian target nol emisi atau nett zero emission pada 2060.
Selain itu menurut Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi, juga dalam upaya menaikkan target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) menjadi 32 persen atau setara 912 juta ton CO2 pada 2030, dari sebelumnya 29 persen.
"Komitmen ini tentunya perlu didukung dengan upaya yang masif. Salah satunya dengan mendekarbonisasi bangunan karena bangunan menyumbang 37 persen dari emisi karbon global," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Baca juga: Inggris perpanjang kemitraan energi rendah karbon dengan Indonesia
Saat ini, lanjutnya, proyek bangunan baru mulai dirancang dan dibangun dengan konsep ramah lingkungan dengan memanfaatkan teknologi yang dapat menciptakan bangunan zero carbon.
Namun, hal yang juga harus menjadi fokus perhatian bersama adalah bagaimana mentransformasi bangunan lama agar lebih efisien dan rendah karbon, tambahnya, mengingat sekitar 50 persen bangunan yang ada saat ini masih akan digunakan pada 2050, dimana sebagian besar organisasi menargetkan untuk mencapai net-zero carbon.
Terkait hal itu, Roberto menyebutkan, tiga tahapan yang bisa dilakukan untuk mewujudkan bangunan yang rendah karbon yakni mencakup Strategize, Digitize dan Decarbonize.
Baca juga: Luhut sebut RI punya 400 giga ton "reservoir" migas untuk tekan emisi
Strategize merupakan fondasi dasar dalam mendefinisikan kesuksesan dan menciptakan roadmap menuju target emisi nol bersih.
Digitize merupakan langkah penting berikutnya, lanjutrnya, perusahaan memerlukan visibilitas yang berkelanjutan atas konsumsi energi dan emisi karbon untuk memperkirakan dan memvalidasi dampak dari upaya pengurangan karbonnya, mengidentifikasi anomali kinerja dan memastikan perusahaan berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai tujuan dekarbonisasinya.
Tahapan ketiga decarbonize, yakni dua tahapan pertama digunakan untuk mempelajari dan mendapatkan wawasan yang dibutuhkan. Tahapan ketiga ini merupakan tindakan nyata yang diambil untuk efisiensi dan ketahanan sumber daya, dan meningkatkan keuntungan bisnis.
"Ketiga tahapan ini menjadi satu rangkaian yang tak terpisahkan untuk menghasilkan dampak yang maksimal," katanya.”
Selain itu menurut Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi, juga dalam upaya menaikkan target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) menjadi 32 persen atau setara 912 juta ton CO2 pada 2030, dari sebelumnya 29 persen.
"Komitmen ini tentunya perlu didukung dengan upaya yang masif. Salah satunya dengan mendekarbonisasi bangunan karena bangunan menyumbang 37 persen dari emisi karbon global," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Baca juga: Inggris perpanjang kemitraan energi rendah karbon dengan Indonesia
Saat ini, lanjutnya, proyek bangunan baru mulai dirancang dan dibangun dengan konsep ramah lingkungan dengan memanfaatkan teknologi yang dapat menciptakan bangunan zero carbon.
Namun, hal yang juga harus menjadi fokus perhatian bersama adalah bagaimana mentransformasi bangunan lama agar lebih efisien dan rendah karbon, tambahnya, mengingat sekitar 50 persen bangunan yang ada saat ini masih akan digunakan pada 2050, dimana sebagian besar organisasi menargetkan untuk mencapai net-zero carbon.
Terkait hal itu, Roberto menyebutkan, tiga tahapan yang bisa dilakukan untuk mewujudkan bangunan yang rendah karbon yakni mencakup Strategize, Digitize dan Decarbonize.
Baca juga: Luhut sebut RI punya 400 giga ton "reservoir" migas untuk tekan emisi
Strategize merupakan fondasi dasar dalam mendefinisikan kesuksesan dan menciptakan roadmap menuju target emisi nol bersih.
Digitize merupakan langkah penting berikutnya, lanjutrnya, perusahaan memerlukan visibilitas yang berkelanjutan atas konsumsi energi dan emisi karbon untuk memperkirakan dan memvalidasi dampak dari upaya pengurangan karbonnya, mengidentifikasi anomali kinerja dan memastikan perusahaan berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai tujuan dekarbonisasinya.
Tahapan ketiga decarbonize, yakni dua tahapan pertama digunakan untuk mempelajari dan mendapatkan wawasan yang dibutuhkan. Tahapan ketiga ini merupakan tindakan nyata yang diambil untuk efisiensi dan ketahanan sumber daya, dan meningkatkan keuntungan bisnis.
"Ketiga tahapan ini menjadi satu rangkaian yang tak terpisahkan untuk menghasilkan dampak yang maksimal," katanya.”
Pewarta: Subagyo
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023
Tags: