Jakarta (ANTARA News) - Kasus pengusiran Direktur Utama RNI, Ismed H Putri, saat dengar pendapat dengan Komisi VI dan kedatangan anggota Komisi IX ke kediaman Menteri BUMN, Dahlan Iskan, mendorong serikat pekerja meminta presiden turun tangan memulihkan hubungan DPR-BUMN.
"Kondisi ini sudah menerabas
etika dan menciderai citra demokrasi yang sedang dibangun serta
berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi," kata Ketua Umum FSP BUMN, Abdul L Algaff, dalam keterangannya, di Jakarta, Rabu.
Ia khawatir kedua tindakan itu menurunkan wibawa DPR dan pemerintah di mata rakyat. "Situasi ini akan membawa ketidaktenangan dalam bekerja dan menurunkan produktivitas BUMN," ujarnya.
Algaff mengatakan, konflik hubungan industrial di BUMN hendaknya tidak dibawa ke ranah politik karena
sudah ada bingkai solusinya, melalui mekanisme korporasi maupun hukum
ketenagakerjaan.
Dia mengusulkan, sambil menunggu pemulihan
hubungan DPR dengan BUMN, sebaiknya rapat antara BUMN dengan DPR dihentikan sementara.
Sebelumnya pada Selasa pagi (4/2), anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PDIP, Ribka Tjiptaning, mendatangi kediaman Dahlan Iskan agar
datang menghadiri undangan komisi itu dengan agenda rapat pembahasan
permasalahan ketenagakerjaan di sejumlah BUMN.
Kemudian Komisi
VI DPR mengusir Putro dari ruang sidang karena tersinggung terkait tudingan sejumlah anggota dewan memalak perusahaan
itu.
Pengusiran Putro diputuskan ketika akan memulai Rapat Dengar
Pendapat (RDP) dengan direksi PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I-XIV, PT
RNI, dan PT Kharisma Pemasaran Bersama PTPN, di Gedung Parlemen,
Jakarta, Selasa (2/4). (*)
Serikat Pekerja minta presiden pulihkan hubungan BUMN-DPR
3 April 2013 13:35 WIB
Ilustrasi rapat paripurna DPR di Gedung Parlemen, Jakarta, beberapa waktu lalu. (FOTO ANTARA/Wahyu Putro A)
Pewarta: Erafzon SAS
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: