Jakarta (ANTARA) - Asisten Deputi Peningkatan Kualitas Kependudukan dan Keluarga Berencana Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) R Alfredo Sani mengatakan bahwa integrasi program dan data antar daerah dengan pusat adalah kunci menurunkan stunting.

"Alangkah baiknya memang data (stunting) itu terkumpul semua, yang kedua mungkin integrasi antara berbagai program, bagaimana program pelayanan kesehatannya, penyediaan makanan, dan lain sebagainya bisa berjalan dan berdampak untuk masyarakat," kata Alfredo saat ditemui di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Kemenko PMK: Penurunan stunting sejalan dengan pengentasan kemiskinan

Alfredo menegaskan, perbedaan metode pengambilan data antara Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) yang sesuai nama dan alamat (by name by address) dan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) sudah tidak perlu lagi dipermasalahkan, mengingat masyarakat lebih membutuhkan solusi yang konkret.
"Apa pun itu sebenarnya mesti disatukan, cara pandangnya ada yang berbasis orang per orang, ada yang berbasis survei, ini kan kadang-kadang dibenturkan, tetapi kalau kita terlalu lama berdiskusi di situ, tidak akan selesai masalahnya, padahal solusinya butuh cepat," ujar dia.

Ia menjelaskan, perbedaan data ini masih menjadi tantangan, untuk itu perlu ada pemahaman untuk mempersatukan data tersebut, agar intervensi tindakan yang dilakukan di lapangan sesuai dengan data yang konkret.

"Solusinya, misal dengan penggerakan kelompok PKK, itu kan sudah berbasis masyarakat. PKK itu punya data yang cukup akurat, lho, di tiap keluarga, jadi itu bisa menjadi kontrol data agar sentuhannya tepat," tuturnya.

"Sedangkan terkait program, hal-hal yang terkait dukungan di hulu, misalnya perbaikan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi dari remaja sudah disiapkan, dijelaskan kepada remaja perempuan utamanya, bahwa di tangan mereka kita akan mempersiapkan generasi yang lebih baik berikutnya," imbuhnya.

Baca juga: Kemenko PMK: Sanitasi yang aman berpengaruh turunkan stunting
Ia berpesan, remaja perlu memiliki kesadaran untuk mencukupi nutrisi tubuhnya, dan menerapkan gaya hidup sehat.

"Karena fenomena sekarang itu banyak (remaja) yang tanpa kontrol melakukan berbagai hal (negatif) dalam masyarakat, itu bisa merusak dirinya, dan ini akan memberi dampak pada generasi berikutnya. Hal-hal seperti ini yang mesti dipersiapkan dengan baik," katanya.

Ia juga menyampaikan pentingnya integrasi dari berbagai pihak, utamanya persiapan di hulu.

"Setelah persiapan dari hulu, bisa ada persiapan secara material, misalnya logistik, kalau kita berbicara kesehatan reproduksi, bagaimana itu dipersiapkan agar orang-orang yang membutuhkan kontrasepsi bisa terpenuhi," paparnya.

Terkait target stunting 14 persen di tahun 2024, ia optimis bahwa Indonesia bisa mencapainya dengan kolaborasi, integrasi, dan konvergensi antar program di daerah, karena program percepatan penurunan stunting ini intinya ada di langkah-langkah yang dilakukan di setiap daerah.

"Pemerintah mestinya harus ada dalam posisi optimis bisa tercapai, masih ada waktu sampai 2024, dengan cara apapun itu harus kita hajar habis-habisan, tetapi sekali lagi ini kan perspektif pusat, ya, butuh respon daerah, karena yang kita bicarakan ini tidak akan berarti kalau daerah tidak menyambut dengan terbuka, harus ada sinergi secara vertikal dan horizontal," kata dia.


Baca juga: Menko PMK minta keluarga tak panik bila anak terkena stunting ​​​​​​​
Baca juga: Kemenko PMK: Penanganan stunting jadi kunci utama pembangunan SDM