Baca juga: Kemenko PMK: Penurunan stunting sejalan dengan pengentasan kemiskinan
Alfredo menegaskan, perbedaan metode pengambilan data antara Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) yang sesuai nama dan alamat (by name by address) dan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) sudah tidak perlu lagi dipermasalahkan, mengingat masyarakat lebih membutuhkan solusi yang konkret.
Ia menjelaskan, perbedaan data ini masih menjadi tantangan, untuk itu perlu ada pemahaman untuk mempersatukan data tersebut, agar intervensi tindakan yang dilakukan di lapangan sesuai dengan data yang konkret.
"Solusinya, misal dengan penggerakan kelompok PKK, itu kan sudah berbasis masyarakat. PKK itu punya data yang cukup akurat, lho, di tiap keluarga, jadi itu bisa menjadi kontrol data agar sentuhannya tepat," tuturnya.
Baca juga: Kemenko PMK: Sanitasi yang aman berpengaruh turunkan stunting
"Karena fenomena sekarang itu banyak (remaja) yang tanpa kontrol melakukan berbagai hal (negatif) dalam masyarakat, itu bisa merusak dirinya, dan ini akan memberi dampak pada generasi berikutnya. Hal-hal seperti ini yang mesti dipersiapkan dengan baik," katanya.
Ia juga menyampaikan pentingnya integrasi dari berbagai pihak, utamanya persiapan di hulu.
"Setelah persiapan dari hulu, bisa ada persiapan secara material, misalnya logistik, kalau kita berbicara kesehatan reproduksi, bagaimana itu dipersiapkan agar orang-orang yang membutuhkan kontrasepsi bisa terpenuhi," paparnya.
Terkait target stunting 14 persen di tahun 2024, ia optimis bahwa Indonesia bisa mencapainya dengan kolaborasi, integrasi, dan konvergensi antar program di daerah, karena program percepatan penurunan stunting ini intinya ada di langkah-langkah yang dilakukan di setiap daerah.
"Pemerintah mestinya harus ada dalam posisi optimis bisa tercapai, masih ada waktu sampai 2024, dengan cara apapun itu harus kita hajar habis-habisan, tetapi sekali lagi ini kan perspektif pusat, ya, butuh respon daerah, karena yang kita bicarakan ini tidak akan berarti kalau daerah tidak menyambut dengan terbuka, harus ada sinergi secara vertikal dan horizontal," kata dia.
Baca juga: Menko PMK minta keluarga tak panik bila anak terkena stunting
Baca juga: Kemenko PMK: Penanganan stunting jadi kunci utama pembangunan SDM