Rektor UGM apresiasi PBNU gagas Forum Dialog Antaragama
4 Agustus 2023 16:07 WIB
Peluncuran buku Prosiding G20 Religion Forum atau "Proceedings of the R20 International Summit of Religious Leaders" di Balai Senat UGM, Yogyakarta, Jumat (4/8/2023). ANTARA/HO-PBNU)
Yogyakarta (ANTARA) - Rektor UGM Prof. Ova Emilia mengapresiasi PBNU yang telah menggagas serangkaian forum dialog antaragama, termasuk kegiatan ASEAN IIDC yang bakal digelar di Jakarta pada 7 Agustus 2023.
Prof. Ova dalam sambutan peluncuran buku Prosiding G20 Religion Forum atau "Proceedings of the R20 International Summit of Religious Leaders" di Balai Senat UGM, Yogyakarta, Jumat, menyebut Keketuaan Indonesia dalam forum itu membuktikan peran diplomasi agama mampu menciptakan perdamaian, stabilitas sosial, membangun dialog dan perdamaian antarbangsa.
"Poin utama para cendekiawan tentu menjadi peran jalan bagi capaian nilai, menjembatani perbedaan, mendorong dialog antaragama, maupun program pemberdayaan manusia," tutur Ova.
Rektor UGM berharap ide besar buku terkait R20 tersebut mampu menjadi rujukan pemimpin dunia, terutama sebagai bahan pertimbangan mengambil kebijakan global.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dalam sambutannya mengatakan, inisiatif R20 merupakan upaya untuk menjadikan agama sebagai sumber solusi dari dinamika global yang terjadi.
Baca juga: NU Festival 2023 bangun potensi ekonomi rakyat
Baca juga: Mengintip wajah kerukunan Indonesia melalui Yogyakarta
"Kami sedang mencari cara untuk terus menegakkan agama kami dan menjadikannya sebagai kontribusi bagi peradaban yang akan datang yang seluruh masyarakat kesusahan karena perang. Karena itulah terciptanya inisiatif R20 adalah menghentikan agama sebagai sumber masalah dan mulai menjadikannya sebagai sumber solusi," ujar dia.
Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada (UGM) Ahmad Munjid mengatakan perhelatan Forum R20 telah membuka cara pandang baru bahwa agama bukanlah bagian dari masalah melainkan bagian dari solusi.
"Dan kita tahu di ASEAN apa yang terjadi di Thailand, Myanmar, Filipina sangat meresahkan," kata dia.
"Kami berharap, acara ini beserta rangkaian inisiatif yang terkait dengan acara ini serta inisiatif lain dari organisasi dan komunitas lain akan membantu memastikan bahwa sosialisasi kami akan meningkat. Jadi, sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada semua yang telah hadir di acara ini dan semoga acara ini bisa produktif dan kita terus bersinergi," kata dia.
Baca juga: R20 dan momentum jadikan agama sebagai pilar perdamaian dunia
Buku "Prosiding R20" berisi 47 makalah dan memuat catatan reflektif serta kesepakatan bersama dari berbagai pemimpin agama sedunia atas keprihatinan munculnya konflik berlatar belakang sosial keagamaan yang merusak tatanan nilai peradaban manusia.
Buku itu juga berisi kompilasi hasil kesepakatan dan gagasan para tokoh agama yang berpartisipasi langsung dalam kegiatan R20 di Bali yang di helat pada awal November 2022. Buku prosiding R20 ini diterbitkan UGM Press.
Prof. Ova dalam sambutan peluncuran buku Prosiding G20 Religion Forum atau "Proceedings of the R20 International Summit of Religious Leaders" di Balai Senat UGM, Yogyakarta, Jumat, menyebut Keketuaan Indonesia dalam forum itu membuktikan peran diplomasi agama mampu menciptakan perdamaian, stabilitas sosial, membangun dialog dan perdamaian antarbangsa.
"Poin utama para cendekiawan tentu menjadi peran jalan bagi capaian nilai, menjembatani perbedaan, mendorong dialog antaragama, maupun program pemberdayaan manusia," tutur Ova.
Rektor UGM berharap ide besar buku terkait R20 tersebut mampu menjadi rujukan pemimpin dunia, terutama sebagai bahan pertimbangan mengambil kebijakan global.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dalam sambutannya mengatakan, inisiatif R20 merupakan upaya untuk menjadikan agama sebagai sumber solusi dari dinamika global yang terjadi.
Baca juga: NU Festival 2023 bangun potensi ekonomi rakyat
Baca juga: Mengintip wajah kerukunan Indonesia melalui Yogyakarta
"Kami sedang mencari cara untuk terus menegakkan agama kami dan menjadikannya sebagai kontribusi bagi peradaban yang akan datang yang seluruh masyarakat kesusahan karena perang. Karena itulah terciptanya inisiatif R20 adalah menghentikan agama sebagai sumber masalah dan mulai menjadikannya sebagai sumber solusi," ujar dia.
Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada (UGM) Ahmad Munjid mengatakan perhelatan Forum R20 telah membuka cara pandang baru bahwa agama bukanlah bagian dari masalah melainkan bagian dari solusi.
"Dan kita tahu di ASEAN apa yang terjadi di Thailand, Myanmar, Filipina sangat meresahkan," kata dia.
"Kami berharap, acara ini beserta rangkaian inisiatif yang terkait dengan acara ini serta inisiatif lain dari organisasi dan komunitas lain akan membantu memastikan bahwa sosialisasi kami akan meningkat. Jadi, sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada semua yang telah hadir di acara ini dan semoga acara ini bisa produktif dan kita terus bersinergi," kata dia.
Baca juga: R20 dan momentum jadikan agama sebagai pilar perdamaian dunia
Buku "Prosiding R20" berisi 47 makalah dan memuat catatan reflektif serta kesepakatan bersama dari berbagai pemimpin agama sedunia atas keprihatinan munculnya konflik berlatar belakang sosial keagamaan yang merusak tatanan nilai peradaban manusia.
Buku itu juga berisi kompilasi hasil kesepakatan dan gagasan para tokoh agama yang berpartisipasi langsung dalam kegiatan R20 di Bali yang di helat pada awal November 2022. Buku prosiding R20 ini diterbitkan UGM Press.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023
Tags: