Dari penayangannya di FX Sudirman, Jakarta, Rabu (2/8), film “Just Mom” jelas merupakan adaptasi dari kisah nyata yang ada di sekitar.
Film tersebut diangkat dari novel “Ibu, Doa yang Hilang” karya Bagas Dwi Bawono dan sudah pernah World Premiere di “Jakarta Film Week” pada 2021 dan Special Screening di festival film “Jogja-NETPAC Asian Film 2021 (JAFF 2021).”
Cerita dimulai saat seorang ibu bernama Siti (Christine Hakim) yang hidup terpisah dengan dua orang anaknya karena mereka sudah memiliki kehidupan mandiri dan urusan masing-masing. Kini, Siti hanya tinggal di rumah bersama satu orang anak bungsunya, Jalu (Toran Waibro) dan seorang asisten rumah tangga.
Baca juga: Film "Just Mom" tayang di layanan Bioskop Online mulai hari ini
Di tengah rasa sepinya, Siti bertemu dengan seorang wanita ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) bernama Murni (Ayushita). Saat itu, Murni tengah diamuk pemilik warung makanan karena telah berbuat onar di warungnya.
Murni ternyata seorang gelandangan yang tengah hamil tua. Siti pun datang menyelamatkan Murni dan memberinya makanan sebelum ia pulang ke rumahnya.
Namun, sesampainya di rumah, Siti selalu terpikir dengan Murni dan kondisinya yang cukup memprihatinkan. Setelah beberapa hari menghadapi pergolakan batin, Siti pun memutuskan untuk mengajak dan merawat Murni ke rumahnya.
Siti sempat mendapatkan pertentangan dari anak-anaknya karena keputusan sepihaknya untuk merawat Murni. Akan tetapi, anak-anak Murni pun mulai mengerti keadaan Siti yang kesepian dan membutuhkan kegiatan untuk mengisi hari-harinya, hingga mereka pun mulai membuka hati untuk Murni.
Hari-hari pun berlalu. Di saat yang sama, Siti tengah berjuang melawan penyakit kankernya sembari merawat Murni dan kedua anaknya pun belum mengetahui kondisi kesehatan Murni yang semakin memburuk selain anak bungsunya.
Meskipun demikian, ia tetap menjaga dan merawat Murni dengan sepenuh hati layaknya seorang ibu. Akankah sang waktu akan bermurah hati terhadap Siti dan Murni?
Baca juga: Proses syuting "Just Mom" sempat terhenti karena pandemi COVID-19
Baca juga: Christine Hakim akui nyaman dengan tubuhnya apa adanya
Untuk ibu, ibu, dan ibu
Dalam film “Just Mom,” rangkaian kisah tentang perjuangan ibu dihadirkan dengan intens dan “menyentil” sebagian anak yang mungkin jarang berkomunikasi dengan ibu mereka.
Kisah Siti yang merawat seorang ODGJ menjadi salah satu cara seorang ibu mencurahkan kasih sayangnya saat anak kandungnya sendiri jarang memberikan afeksi pada ibunya sendiri.
Melalui Bu Siti, simbol seorang ibu yang selalu memberikan banyak hal berarti untuk anak-anaknya menjadi suatu pembelajaran betapa berharganya ibu dalam sebuah keluarga. Tanpa pamrih, rela berkorban, sabar dan pantang menyerah adalah sedikit gambaran dari sosok ibu yang ditampilkan oleh Bu Siti.
Selain itu, sosok ibu adalah orang yang akan selalu menjadi panutan anak-anaknya. Dari ibu, anak akan belajar mengenai kehidupan. Dari ibu, anak juga akan belajar bersikap dan beretika. Dan dari ibu, anak akan mengikuti perilaku yang tercermin dari dirinya.
Seperti Bu Siti yang selalu mengajarkan kebaikan pada anak-anaknya maupun Murni. Murni, yang sebelumnya sulit diatur mulai menunjukkan pribadi penurut saat bersama Bu Siti.
Murni pun diajarkan untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dan menjadi ibu yang baik untuk calon anaknya kelak. Meskipun belum mengerti sepenuhnya, setidaknya tindakan Bu Siti untuk mengajarkan kebaikan pada Murni dapat tersampaikan.
Pesannya yang menyentuh dan emosi yang dihadirkan mampu membuat penonton mengingat kembali momen bersama ibu. Mungkin, kata paling tepat pada film ini adalah persembahan untuk ibu, ibu, dan ibu atas semua hal baik yang diajarkan kepada sang anak di dunia ini.
Baca juga: Niken Anjani: Aku membiasakan syuting sebagai "me time"
Ikon budayaKisah Siti yang merawat seorang ODGJ menjadi salah satu cara seorang ibu mencurahkan kasih sayangnya saat anak kandungnya sendiri jarang memberikan afeksi pada ibunya sendiri.
Melalui Bu Siti, simbol seorang ibu yang selalu memberikan banyak hal berarti untuk anak-anaknya menjadi suatu pembelajaran betapa berharganya ibu dalam sebuah keluarga. Tanpa pamrih, rela berkorban, sabar dan pantang menyerah adalah sedikit gambaran dari sosok ibu yang ditampilkan oleh Bu Siti.
Selain itu, sosok ibu adalah orang yang akan selalu menjadi panutan anak-anaknya. Dari ibu, anak akan belajar mengenai kehidupan. Dari ibu, anak juga akan belajar bersikap dan beretika. Dan dari ibu, anak akan mengikuti perilaku yang tercermin dari dirinya.
Seperti Bu Siti yang selalu mengajarkan kebaikan pada anak-anaknya maupun Murni. Murni, yang sebelumnya sulit diatur mulai menunjukkan pribadi penurut saat bersama Bu Siti.
Murni pun diajarkan untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dan menjadi ibu yang baik untuk calon anaknya kelak. Meskipun belum mengerti sepenuhnya, setidaknya tindakan Bu Siti untuk mengajarkan kebaikan pada Murni dapat tersampaikan.
Pesannya yang menyentuh dan emosi yang dihadirkan mampu membuat penonton mengingat kembali momen bersama ibu. Mungkin, kata paling tepat pada film ini adalah persembahan untuk ibu, ibu, dan ibu atas semua hal baik yang diajarkan kepada sang anak di dunia ini.
Baca juga: Niken Anjani: Aku membiasakan syuting sebagai "me time"
Produser film “Just Mom,” Hanung Bramantyo sempat mengatakan pemerintah turut mendukung proyek filmnya tersebut, tepatnya pemerintah yang khusus mengelola Taman Wisata Candi di Yogyakarta. Tidak mengherankan bila kebudayaan khas Jawa dan ikon Candi Prambanan di Yogyakarta turut dihadirkan dalam film tersebut.
Berbicara mengenai Candi Prambanan, ikon tersebut cukup menyita perhatian karena momen cerita penting di dalam film hadir dengan Candi Prambanan sebagai latar cerita. Di sana, keluarga Bu Siti menghabiskan waktu liburan bersama keluarganya dan Murni untuk terakhir kalinya.
Penceritaan di candi tersebut pun sama sekali tidak mengurangi esensi film dan tidak terkesan dipaksakan, meskipun proyek tersebut memiliki campur tangan dari pemerintah. Jeihan Angga secara tepat mampu menempatkan ikon budaya “pesanan” tersebut menjadi suatu penceritaan yang menarik.
Selain itu, gaya bahasa yang dituturkan dalam film adalah campuran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Penonton tidak usah khawatir, walaupun memakai bahasa Jawa, arti kata yang dituturkan cukup mudah untuk dimengerti.
Baca juga: Cerita Ayushita perankan karakter ODGJ dalam film "Just Mom"
Pesan untuk meraih citaBerbicara mengenai Candi Prambanan, ikon tersebut cukup menyita perhatian karena momen cerita penting di dalam film hadir dengan Candi Prambanan sebagai latar cerita. Di sana, keluarga Bu Siti menghabiskan waktu liburan bersama keluarganya dan Murni untuk terakhir kalinya.
Penceritaan di candi tersebut pun sama sekali tidak mengurangi esensi film dan tidak terkesan dipaksakan, meskipun proyek tersebut memiliki campur tangan dari pemerintah. Jeihan Angga secara tepat mampu menempatkan ikon budaya “pesanan” tersebut menjadi suatu penceritaan yang menarik.
Selain itu, gaya bahasa yang dituturkan dalam film adalah campuran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Penonton tidak usah khawatir, walaupun memakai bahasa Jawa, arti kata yang dituturkan cukup mudah untuk dimengerti.
Baca juga: Cerita Ayushita perankan karakter ODGJ dalam film "Just Mom"
Bu Siti adalah satu dari sekian orang tua yang menomorsatukan pendidikan untuk anak-anaknya. Sama halnya seperti orang tua mana pun, pendidikan bagi anak adalah hal terpenting, meskipun kadang permasalahan finansial kerap menerpa mereka.
Dalam film “Just Mom,” anak-anak Bu Siti telah berhasil meraih cita dan bekerja di perusahaan yang mereka inginkan. Bahkan, anak bungsu Bu Siti berhasil meraih beasiswa ke luar negeri.
Dari sini, Bu Siti dapat merepresentasikan bahwa orang tua adalah pendukung utama dari kesuksesan anak-anaknya. Alih-alih melarang cita dan impian anaknya, Bu Siti dengan mantap selalu mendukung dan mendoakan kebaikan mereka.
Sekali lagi, dari film “Just Mom” kita dapat belajar bahwa baik orang tua maupun anak dapat seiring dan sejalan untuk meraih masa depan yang diinginkan. Dibandingkan menyerah, Bu Siti sebagai orang tua selalu memberi nasihat berarti bagi anak-anaknya agar tetap menjalani kehidupan sebaik-baiknya.Dalam film “Just Mom,” anak-anak Bu Siti telah berhasil meraih cita dan bekerja di perusahaan yang mereka inginkan. Bahkan, anak bungsu Bu Siti berhasil meraih beasiswa ke luar negeri.
Dari sini, Bu Siti dapat merepresentasikan bahwa orang tua adalah pendukung utama dari kesuksesan anak-anaknya. Alih-alih melarang cita dan impian anaknya, Bu Siti dengan mantap selalu mendukung dan mendoakan kebaikan mereka.
Untuk menyaksikannya,” tiket film “Just Mom” dapat dibeli seharga Rp20 ribu melalui laman website dan aplikasi Bioskop Online yang dapat diunduh di Google Playstore serta App Store mulai tanggal 2 Agustus 2023.
Baca juga: Alasan Hanung Bramantyo pilih jadi produser di film "Just Mom"
Baca juga: Christine Hakim gambarkan besarnya perjuangan ibu di film "Just Mom"