Wapres: Penggunaan ringgit di wilayah perbatasan jadi tantangan
3 Agustus 2023 17:56 WIB
Wapres RI K.H. Ma’ruf Amin (dua kanan) bersiap melakukan peletakan batu pertama pembangunan rumah susun (Rusun) untuk santri di Pondok Pesantren (Ponpes) As’adiyah, di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Kamis (3/8/2023). (ANTARA/HO-ADPIM Kaltara)
Tarakan (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan penggunaan mata uang ringgit Malaysia oleh masyarakat di perbatasan Pulau Sebatik menjadi salah satu tantangan yang harus ditangani.
"Itulah termasuk salah satu yang menjadi tantangan kita," kata Wapres di sela kegiatan peletakan batu pertama Rumah Susun Pondok Pesantren As'adiyah di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, Kamis.
Tantangan lainnya, kata Wapres, penguatan ekonomi nasional di perbatasan agar masyarakat perbatasan tidak menjadi konsumen produk negara tetangga.
"Nah justru mestinya kita yang ekspor ke negara tetangga. Ini soal kompetitif ya," ujar Wapres.
Menurut Wapres, jika memang masyarakat di perbatasan masih menggunakan produk negara lain karena lebih murah, maka hal itu menjadi tantangan lain.
Baca juga: Wapres RI resmikan pembangunan rumah susun santri di Pulau Sebatik
Baca juga: Wapres serahkan putusan usia minimum capres-cawapres kepada MK
"Ini tantangan yang harus dihadapi pemerintah, oleh kita semua, dan kita harapkan peran daripada produk-produk kita yang bersertifikat halal itu akan menarik konsumen di negara tetangga Malaysia," kata Wapres.
Wapres menyampaikan sejatinya Indonesia telah mengekspor produk-produk besar, seperti perikanan hingga rumput laut. Namun Indonesia perlu meningkatkan kualitas produk-produk barang kebutuhan sehari-hari akan memiliki daya saing ekspor.
"Jadi kita tidak bisa hanya mengeluh karena kenapa masyarakat masih membeli, kalau memang lebih baik kualitasnya dan lebih murah saya kira pasti itu akan terjadi. Ini yang kita harapkan Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah bisa mendorong ke depan nanti," ujarnya.
Sementara itu berkaitan dengan penggunaan mata uang ringgit Malaysia untuk bertransaksi di Sebatik, Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang mengatakan pihaknya bersama Bank Indonesia sebenarnya sudah berapa kali bekerja sama melakukan kegiatan sosialisasi bangga penggunaan rupiah di Pulau Sebatik.
Terkait adanya laporan penggunaan mata uang ringgit di Pulau Sebatik, dia menyampaikan bakal melakukan pengecekan bersama kepolisian dan Bank Indonesia.
"Kami tegaskan untuk semua transaksi harus menggunakan rupiah. Ini negara Indonesia harus menghargai apa yang kita miliki, harus menggunakan uang rupiah," ujar Zainal.
Berdasarkan pantauan beberapa toko kelontong di Sebatik masih ada yang mencantumkan harga produk jualannya dengan nominal ringgit.
Ada pula yang mencantumkan dalam dua harga, yakni dalam ringgit dan rupiah.
Pemilik toko mempersilakan calon pembeli untuk membayar dengan mata uang ringgit atau rupiah.
"Itulah termasuk salah satu yang menjadi tantangan kita," kata Wapres di sela kegiatan peletakan batu pertama Rumah Susun Pondok Pesantren As'adiyah di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, Kamis.
Tantangan lainnya, kata Wapres, penguatan ekonomi nasional di perbatasan agar masyarakat perbatasan tidak menjadi konsumen produk negara tetangga.
"Nah justru mestinya kita yang ekspor ke negara tetangga. Ini soal kompetitif ya," ujar Wapres.
Menurut Wapres, jika memang masyarakat di perbatasan masih menggunakan produk negara lain karena lebih murah, maka hal itu menjadi tantangan lain.
Baca juga: Wapres RI resmikan pembangunan rumah susun santri di Pulau Sebatik
Baca juga: Wapres serahkan putusan usia minimum capres-cawapres kepada MK
"Ini tantangan yang harus dihadapi pemerintah, oleh kita semua, dan kita harapkan peran daripada produk-produk kita yang bersertifikat halal itu akan menarik konsumen di negara tetangga Malaysia," kata Wapres.
Wapres menyampaikan sejatinya Indonesia telah mengekspor produk-produk besar, seperti perikanan hingga rumput laut. Namun Indonesia perlu meningkatkan kualitas produk-produk barang kebutuhan sehari-hari akan memiliki daya saing ekspor.
"Jadi kita tidak bisa hanya mengeluh karena kenapa masyarakat masih membeli, kalau memang lebih baik kualitasnya dan lebih murah saya kira pasti itu akan terjadi. Ini yang kita harapkan Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah bisa mendorong ke depan nanti," ujarnya.
Sementara itu berkaitan dengan penggunaan mata uang ringgit Malaysia untuk bertransaksi di Sebatik, Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang mengatakan pihaknya bersama Bank Indonesia sebenarnya sudah berapa kali bekerja sama melakukan kegiatan sosialisasi bangga penggunaan rupiah di Pulau Sebatik.
Terkait adanya laporan penggunaan mata uang ringgit di Pulau Sebatik, dia menyampaikan bakal melakukan pengecekan bersama kepolisian dan Bank Indonesia.
"Kami tegaskan untuk semua transaksi harus menggunakan rupiah. Ini negara Indonesia harus menghargai apa yang kita miliki, harus menggunakan uang rupiah," ujar Zainal.
Berdasarkan pantauan beberapa toko kelontong di Sebatik masih ada yang mencantumkan harga produk jualannya dengan nominal ringgit.
Ada pula yang mencantumkan dalam dua harga, yakni dalam ringgit dan rupiah.
Pemilik toko mempersilakan calon pembeli untuk membayar dengan mata uang ringgit atau rupiah.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: