ESG dinilai harus benar-benar dimasukkan dalam strategi perusahaan
3 Agustus 2023 00:06 WIB
Audit & Assurance Partner Binder Dijker Otte (BDO) Indonesia Bambang Budi Tresno saat menjelaskan materi tentang Environmental Social Governance (ESG) dalam Private Interview Invitation, di Kantor BDO Indonesia, Jakarta, Rabu (2/8/2023). ANTARA/M. Baqir Idrus Alatas
Jakarta (ANTARA) - Audit & Assurance Partner Binder Dijker Otte (BDO) Indonesia Bambang Budi Tresno menyatakan konsep Environmental Social Governance (ESG) harus benar-benar dimasukkan ke dalam strategi perusahaan.
“Kita harus tetap benar-benar menjaga bahwa bumi kita sustain. Oleh karenanya, sekarang semua company katanya harus mengadopsi ESG, supaya benar-benar company itu sendiri mendukung apa yang sedang dipikirkan oleh kita semua,” kata Bambang dalam Private Interview Invitation, di Kantor BDO Indonesia, Jakarta, Rabu.
Dahulu, kata dia, perusahaan hanya fokus menghasilkan keuntungan material/profit. Saat ini, dia menyatakan bahwa perusahaan harus memikirkan keberlanjutan lingkungan.
“How about our planet? How about our people? Karena kita bicara sustainability, kita bicara ada equality, gender, dan lain-lain. Nah ini semua harus dalam satu kesatuan. Nah kalau ini (sustainability) tidak bisa dicapai sekarang, hanya mementingkan ini (profit/keuntungan), ini yang jadi masalah,” ujarnya pula.
Bagi dia, kendati perusahaan mengalami keuntungan secara material, tetapi belum tentu sebenarnya memberikan keuntungan di masa depan mengingat profit hanya bisa dirasakan saat ini, bukan untuk anak cucu di masa yang akan datang.
“Saya semakin sekarang memikirkan gimana kita membuat profit, tapi tetap sustain kepada lingkungan, dan itu semua harus digaungkan,” ujar Bambang.
Dalam kesempatan tersebut, dia menyatakan pihaknya sedang melakukan proses penyadaran terkait sustainability agar tidak menjadi istilah yang asing bagi masyarakat.
“Saya ingin melihat bahwa ini adalah suatu konsep di mana kita ini belajar tidak egois, di mana pada saat hari ini (misalnya) kita bisa makan. Pertanyaannya apakah anak kita, cucu kita, cicit, ataupun generasi kita (ke depan), masih bisa makan seperti kita atau enggak. Itu-itu pertanyaannya sebetulnya, apakah kebutuhan yang ada hari ini yang kita bisa dapat nanti 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, 40 tahun masih bisa seperti kita (atau) enggak,” ujar dia pula.
Baca juga: Perkuat aspek ESG, PLN kembangkan program pendanaan berkelanjutan
Baca juga: BNP Paribas membidik AUM reksa dana ESG capai Rp100 miliar di 2023
“Kita harus tetap benar-benar menjaga bahwa bumi kita sustain. Oleh karenanya, sekarang semua company katanya harus mengadopsi ESG, supaya benar-benar company itu sendiri mendukung apa yang sedang dipikirkan oleh kita semua,” kata Bambang dalam Private Interview Invitation, di Kantor BDO Indonesia, Jakarta, Rabu.
Dahulu, kata dia, perusahaan hanya fokus menghasilkan keuntungan material/profit. Saat ini, dia menyatakan bahwa perusahaan harus memikirkan keberlanjutan lingkungan.
“How about our planet? How about our people? Karena kita bicara sustainability, kita bicara ada equality, gender, dan lain-lain. Nah ini semua harus dalam satu kesatuan. Nah kalau ini (sustainability) tidak bisa dicapai sekarang, hanya mementingkan ini (profit/keuntungan), ini yang jadi masalah,” ujarnya pula.
Bagi dia, kendati perusahaan mengalami keuntungan secara material, tetapi belum tentu sebenarnya memberikan keuntungan di masa depan mengingat profit hanya bisa dirasakan saat ini, bukan untuk anak cucu di masa yang akan datang.
“Saya semakin sekarang memikirkan gimana kita membuat profit, tapi tetap sustain kepada lingkungan, dan itu semua harus digaungkan,” ujar Bambang.
Dalam kesempatan tersebut, dia menyatakan pihaknya sedang melakukan proses penyadaran terkait sustainability agar tidak menjadi istilah yang asing bagi masyarakat.
“Saya ingin melihat bahwa ini adalah suatu konsep di mana kita ini belajar tidak egois, di mana pada saat hari ini (misalnya) kita bisa makan. Pertanyaannya apakah anak kita, cucu kita, cicit, ataupun generasi kita (ke depan), masih bisa makan seperti kita atau enggak. Itu-itu pertanyaannya sebetulnya, apakah kebutuhan yang ada hari ini yang kita bisa dapat nanti 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, 40 tahun masih bisa seperti kita (atau) enggak,” ujar dia pula.
Baca juga: Perkuat aspek ESG, PLN kembangkan program pendanaan berkelanjutan
Baca juga: BNP Paribas membidik AUM reksa dana ESG capai Rp100 miliar di 2023
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023
Tags: