Jakarta (ANTARA News) - Mantan Danpuspom TNI Mayjen TNI (Purn) Syamsu Djalal menyatakan untuk sekelas Kopassus yang disegani dunia adalah tidak level mematikan empat orang di lembaga pemasyarakatan dengan menurunkan belasan personel.
Kopassus itu cukup dua atau tiga orang saja (untuk suatu operasi khusus) tidak usah belas-belasan, katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Syamsu juga menyatakan tidak mungkin mengumbar banyak peluru. "Untuk di TNI itu prinsipnya satu peluru untuk satu nyawa."
Sementara mantan Komandan Satgas Intel Badan Intelijen Strategis (BAIS) Laksamana Pertama TNI (Purn) Mulya Wibisono menyampaikan pernyataan senada bahwa untuk satu operasi mematikan tidak perlu menerjunkan banyak orang dan menembakkan peluru banyak-banyak, bahkan tidak perlu menggunakan senjata serbu seperti AK-47.
"Tidak usah juga ambil CCTV kayak maling saja," katanya.
Ia menjelaskan senjata yang digunakan militer harus punya registrasi TNI untuk dicek. "Untuk ke luar (dari gudang) sulit karena harus ada izin," katanya.
Untuk itu dia mendesak dalamkasus Lapas Cebongan harus ditelusuri siapa sponsor pengadaan senjata itu.
Mengenai beredarnya kronologi kasus pembunuhan empat orang itu melalui media sosial dengan penulisnya menggunakan inisial "Idjon Jambi", Syamsu menyebut itu sebagai bahan awal untuk investigasi kasus Lapas Cebongan.
Dia meyakini kronologi itu benar setelah melihat foto-foto di dalam berita yang tersebar di media sosial itu.
Mantan Danpuspom soal kasus Lapas Cebongan
1 April 2013 16:13 WIB
Sejumlah personel Brimob dan TNI bersiaga di Lapas 2B Cebongan, Sleman, setelah Lapas ini disebur sejumlah orang yang menewaskan empat tahanan (ANTARA/Sigid Kurniawan)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013
Tags: