Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 1.500 orang wisawatan dan staf dikawal keluar dari Menara Eiffel, tak lama setelah pada pukul 19.30 waktu setempat, Sabtu, ada seseorang memberi peringatan melalui telepon mengenai bom di tempat yang menjadi tonggak sejarah kota Paris tersebut.

Peristiwa itu terjadi setelah ancaman dari Al Qaida untuk "melakukan pembalasan" terhadap campur tangan Prancis di negara Afrika, Mali, untuk memerangi gerilyawan fanatik tersebut, demikian laporan media setempat, Minggu.

Polisi mengatakan, seseorang penelepon tanpa nama telah memberi peringatan bahwa peledak telah diletakkan di sekitar menara tersebut, demikian keterangan di Daily Mail.

Penelepon itu mengatakan ledakan akan terjadi pada pukul 21.30 waktu setempat, kata polisi. Namun, hingga pukul 22.00 waktu setempat tak ada ledakan.

Menara tersebut masih ditutup, dan tim anjing pelacak terlatih masih mencari bom itu.

"Mungkin menara ini tidak buka lagi pada malam ini," kata juru bicara polisi, sebagaimana dilaporkan di http://www.dailymail.co.uk/news/article.

"Pencarian masih berlangsung, tapi tak ada anggota masyarakat yang diperkenankan berada di dekat lokasi. Telah dilakukan pengungsian total," katanya.

Menara tersebut biasanya dibuka sampai tengah malam selama akhir pekan Paskah, dan restoran di dekatnya termasuk Le Jules Verne sangat sibuk pada Sabtu malam.

Telah ada sejumlah ancaman bom terhadap Menara Eiffel dalam beberapa tahun belakangan, dan Prancis saat ini berada dalam siaga tertinggi akibat ancaman dari Al Qaida di Maghrib Islam (AQIM).

Presiden Prancis Francois Hollande telah menempatkan dirinya di tengah perang global melawan aksi teror, dengan menugasi tentara darat dan udara terlibat dalam perang yang berlangsung di Mali.
(T.C003/A011)