Paris (ANTARA News) - Kejahatan yang banyak dialami wisatawan China di Paris mulai menimbulkan kekhawatiran akan mengurangi jumlah kunjungan wisata secara signifikan ke ibu kota Prancis itu.

Lebih dari sejuta turis China mengunjungi Prancis setiap tahun, negara yang melambangkan kemewahan, romansa dan barang-barang bagus.

Seorang ahli berpendapat hal itu akan segera usai seiring kejahatan-kejahatan yang menimpa wisatawan China.

"Ini menjadi momok. Sejak tahun lalu terjadi serangan hampir setiap hari," ujar Jean-Francois Zhou, kepala agen wisata Ansel Travel yang khusus melayani wisatawan dari China seperti dikutip AFP..

Pada 20 Maret, sekelompok turis yang beranggotakan 23 orang dirampok di sebuah restoran tak lama setelah mereka mendarat di Bandara Charles De Gaulle.

Paspor, tiket dan uang mereka dicuri dan kepala rombongannya menderita luka di bagian wajah.

"Keadaan ini gawat. Jika serangan seperti ini berlanjut, kita mungkin harus membayar gantinya," kata Zhou kepada AFP.

Ia mengatakan, pada Oktober ada 10 tamu China juga dirampok dalam satu hari, kebanyakan di museum Louvre --yang terkenal, tepat di jantung kota.

"Pada Februari, sebuah mini bus yang terjebak kemacetan juga diserang, kaca jendela dipecah dan tas-tas penumpangnya dicuri," katanya. Ia menambahkan serangan lain juga terjadi di hotel bintang empat.

Li Peng, konsuler pada kedutaan besar China di Paris mengatakan, terjadi peningkatan pengaduan dalam lima tahun terakhir.

"Dalam seminggu kita bisa melayani lima hingga enam permintaan dokumen perjalanan pengganti paspor," kata Li.

Zhou, juragan biro perjalanan mengatakan, orang China menjadi sasaran karena mereka pembelanja besar. Sebagian mereka membawa uang sampai 25 ribu Euro (sekitar 25 ribu dolar AS) untuk belanja.