Jakarta (ANTARA News) - Bercukur menjadi ritual tersendiri bagi lelaki. Paling tidak tiga hingga empat hari sekali kaum adam bercukur, bahkan ada yang hanya seminggu sekali. Bagi kalangan kaum muslim, minimal sekali dalam seminggu bercukur yakni pada hari Jumat sebagai bagian dari bersih-bersih sebelum shalat berjamaah.
Bagi pria metroseksual, bercukur dilakukan hampir setiap hari, atau dua kali sehari. Bercukur saat ini acap dilakukan secara praktis, yakni langsung bercukur tanpa busa (foam atau cream).
Sebagian pria mencukur janggut atau jambang hanya dengan membasahinya dengan air. Sesungguhnya rambut kering bisa sealot kawat.
Karena itu memaksa mata pisau memotong rambut kering sama saja menyakiti diri sendiri karena mata pisau akan menarik rambut sebelum memotongnya.
Sejarah pisau cukur juga ternyata cukup panjang. Salah satu pembuat sejarah alat cukur praktis adalah Gillete. Di Indonesia kata Gillete berubah menjadi silet.
Gillete sendiri adalah nama belakang dari King Camp Gillette, pengusaha dari AS yang mencetuskan sistem pisau cukur sekali buang berharga murah. Pisau silet umumnya pisau tipis bermata dua terbuat dari baja yang dilengkapi dengan pegangannya berbentuk huruf T yang terbuat dari baja ataupun plastik.
Dalam perkembangannya, pisau silet yang digunakan untuk bercukur memiliki berbagai ragam bentuk dan memiliki tingkat kepraktisan yang tinggi.
Diantaranya adalah pisau silet yang memiliki dua mata pisau yang diletakkan dalam satu sisi untuk menghasilkan hasil cukur yang lebih licin dari sebelumnya, ada pula yang memiliki tiga mata pisau cukur dalam satu sisi.
Pisau cukur dengan mata pisau yang dapat diganti pertamakali dibuat oleh seorang penjaja keliling bernama King Camp Gillette. Ide ini muncul dari temannya yang menemukan tutup botol sekali pakai Willian Painter.
Munculnya kebutuhan pisau cukur muncul pada 1895, ketika Gillete akan bercukur, pisau cukurnya tumpul dan harus diasah. Dari kondisi itu mucul ide untuk membuat pisau cukur dengan mata pisau yang bisa diganti.
Berkembang pesat
Kini Gillete berkembang pesat. Produk terbarunya berteknologi mutakhir dengan tujuh keunggulan, di antaranya berpisau lebih tipis dari pisau bedah dengan lapisan nano dan minim iritasi.
Asosiasi Direktur Proses dan Rekayasa Gillete, Steve Vincent, di Bangkok mengatakan kendala utama dari pisau cukur adalah iritasi pada kulit.
Produk terbaru Gillete yang diberi label Gillete Fusion Proglide merupakan inovasi terbaru yang lahir dari hasil pemikiran dari 150 insinyur dan disainer di kantor pusatnya di Boston.
Pada produk terbaru yang akan diluncurkan di Indonesia pada 1 Mei 2013 ini merupakan hasil inovasi dari produk sebelumnya yang berlabel Gillete Fusion.
Menurut Steve, rambut (janggut atau jambang) kering bisa keras seperti kawat. Karena itu penggunaan busa sebagai pelembut untuk mengurangi perih dan iritasi pada saat pencukuran sangat diperlukan.
Untuk hasil yang bersih dan rapi, produk mutakhir Gillete menggunakan lima mata pisau yang ketajamannya melebihi pisau pemotong kertas.
Junita Kartikasari, Senior Manager Komunikasi untuk ASEAN, menjelaskan bahwa dipilihnya Bangkok, Thailand, sebagai peluncuran pertama di Asia Tenggara karena lelakinya sudah sangat memperhatikan penampilan, terutama perawatan wajah.
Potensi pasar di Indonesia sangat besar karena kini Gillete menguasai 80 persen pangsa pisau silet. Namun untuk bercukur dengan busa (foam cream) masih relatih sedikit. Gillete agaknya harus mengedukasi konsumennya.
Junita sangat yakin produk terbaru ini akan dilahap pasar Indonesia karena tujuh inovasi Gillete terakhir membuat bercukur lebih menyenangkan dan tidak iritasi.
Karena itu pula Gillete memboyong ambasadornya, Darius Sinathrya untuk tampil dengan tiga ikon lainnya, yakni Peter Davis (artis laga Malaysia), Yong Armchair dan Two PopeTorn Soonthonyanakij (artis dan penyanyi Thailand).
Darius menyatakan kini menggunakan produk terbaru Gillete dan merasa lebih nyaman dan percaya diri.
Sebagai artis yang harus menjaga penampilan diri, terutama saat akan shooting atau muncul sebagai presenter televisi, Darius hampir tiap hari mencukur janggut dan kumisnya. "Gillete membuat saya lebih percaya diri," aku Darius.
Bercukur bagi laki-laki modern bukan sekadar menjaga kebersihan karena itu Gillete selalu mengembangkan inovasi untuk meningkatkan kenyamanan pemakainya.
Salah satu cara bercukur bersih dan nyaman adalah penggunaan busa (foam atau cream) sebelum bercukur. Di Indonesia kebiasaan ini belum merata.
Masih banyak yang bercukur hanya menggunakan media air sebagai pelembut atau bahkan langsung bercukur.
Kini Fusion Proglide juga memiliki versi "power" (berbaterei) untuk mengatur kisi-kisi agar kelima pisau memotong lebih mudah.
Produk terbaru Gillete itu akan diluncurkan di Indonesia pada 1 Mei 2013 dengan harga Rp85.000 sedangkan sebotol busa (foam) dibandrol Rp65.000.
Anda ingin bercukur nyaman tanpa iritasi? Kini Anda tahu jawabannya.
Pisau cukur kini minim iritasi
30 Maret 2013 19:01 WIB
Seorang pria mencukur jenggotnya berbentuk tulisan "2012" untuk menyambut tahun baru di sebuah kios pangkas rambut di Ahmedabad, India, Jumat (30/12). (FOTO ANTARA/REUTERS/Amit Dave)
Oleh Erafzon Sas
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013
Tags: