Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia dalam pertemuan Co-operation Forum (CF) ke-14 di Singapura menyampaikan paparan terkait Maritime Autonomous Surface Ships (MASS) dengan mengangkat isu Challenge and Opportunities menghadapi Maritime Autonomous Era.

Selain itu, Indonesia juga mencermati secara khusus isu dekarbonisasi, Ballast Water Management, dan Oil Spill Management.

“Seperti yang telah kami catat, pengembangan MASS dan dekarbonisasi perkapalan telah menjadi isu yang muncul di sektor maritim global yang perlu kita fokuskan," kata Direktur Perkapalan dan Kepelautan Kementerian Perhubungan, Hartanto dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

Dia yang sebagai pimpinan delegasi Indonesia mengatakan itu di depan peserta pertemuan Co-operation Forum (CF) ke-14 yang digelar di Paradox Singapore Merchant Court at Clarke Quay, Singapura, 31 Juli-1 Agustus 2023.

Baca juga: Perusahaan perlu memastikan bisnisnya wujudkan dekarbonisasi

Hartanto mengatakan, kondisi Indonesia sebagai salah satu penghasil tenaga pelaut terbesar di dunia memiliki tantangan tersendiri apabila dunia perkapalan bergeser menjadi Maritime Autonomous, di mana teknologi ini akan mengurangi jumlah awak di atas kapal karena kendali kapal sebagian besar akan dilakukan secara remote dari luar kapal atau di darat. Selain itu, Organisasi Maritim Internasional (IMO) juga telah menargetkan aturan terkait MASS dapat diberlakukan mulai 1 Januari 2028.

Dia menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk bekerja sama dengan negara pantai, negara pengguna, serta pemangku kepentingan terkait lainnya yang berada di bawah kerangka Cooperative Mechanism dalam meningkatkan kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

“Saya percaya kita dapat menyelesaikan semua isu yang menjadi kepentingan bersama di Selat Malaka dan Selat Singapura, termasuk isu-isu terbaru, dengan memperkuat koordinasi dan kerjasama, tidak hanya melalui forum ini, namun juga dengan mengimplementasikan proyek-proyek yang telah kita mulai,” ujar Hartanto.

Direktur Kenavigasian, Kementerian Perhubungan, Capt. Budi Mantoro menyatakan pertemuan CF ke-14 ini membahas beberapa hal, antara lain Initiatives to Enhance Safety of Navigation in SOMS, Technology to Enhance Navigational Safety, Maritime Autonomous Surface Ships, Maritime Decarbonisation, Ballast Water Management, Oil Spill Management.

Baca juga: Wakil Presiden: Pelanggar aturan dekarbonisasi harus ditindak

Co-operation Forum (CF) adalah pertemuan tahunan di bawah kerangka Cooperative Mechanism yang dilakukan secara bergiliran oleh tiga negara Pantai secara urutan alfabetikal. CF memegang peran penting karena merupakan forum pertemuan pejabat setingkat eselon I/ high level (administrasi maritim) dari 3 negara pantai (Indonesia, Malaysia dan Singapura) dan negara pengguna selat, asosiasi dan organisasi internasional.

"Tujuannya untuk meningkatkan dialog dan diskusi mengenai isu-isu yang berkembang di bidang keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di Selat Malaka dan Singapura," kata Budi.

Pertemuan Co-operation Forum akan dilanjutkan dengan 2 Pertemuan lainnya, yaitu Tripartite Technical Expert Working Group (TTEG) dan Project Coordination Committee (PCC) yang dihadiri oleh pejabat setingkat eselon II dari masing-masing negara pantai, untuk membahas usulan dan implementasi terhadap proyek-proyek yang telah disampaikan dan disetujui pada pertemuan Co-operation Forum.