“Indonesia perlu memiliki dokumen rencana implementasi yang komprehensif dan transparan, karena di Afrika Selatan, kebijakan transisi energi batu bara tidak melibatkan para komunitas dan masyarakat, dan pemerintah meskipun sudah membuat dokumen investasi tetapi tidak ada dokumen implementasi yang jelas dan terbuka,” kata Richard pada diskusi daring di Jakarta, Senin.
IISD menyelenggarakan diskusi peluncuran ikhtisar kebijakan pendanaan transisi energi berkelanjutan atau Just Energy Transition Partnership (JETP) yakni mekanisme pembiayaan yang mendukung transisi energi negara berkembang yang selama ini memiliki ketergantungan tinggi terhadap batu bara dan bahan bakar fosil, menuju emisi rendah karbon.
Baca juga: Peneliti: Pentingnya RUU EBT untuk realisasikan proses transisi energi
Baca juga: Kemenko Ekonomi: Lembaga audit berperan penting dorong transisi energi
“Tanpa melibatkan para pekerja dan komunitas yang terdampak transisi energi batu bara ini, tidak akan ada hasil yang sesuai dengan perencanaan. Perlu ada rencana bagaimana distribusi dan peralihan mereka, juga bagaimana undang-undang yang ditetapkan pemerintah bisa melindungi mereka,” tuturnya.
Sementara Analis Kebijakan Energi IISD Anissa Suharsono mengatakan transisi energi terbarukan ini bukan hanya isu finansial belaka, melainkan harus ada kebijakan dalam undang-undang yang memperkuat.
Baca juga: Pemerintah kembangkan konsep "blue bond" dukung pendanaan ekonomi biru