Jakarta (ANTARA News) - Jika simpati pemilih dan elektabilitas politik tidak bisa dipulihkan, "kapal" Partai Demokrat akan tetap karam ke dasar laut seusai Kongres Luar Biasa Partai Demokrat, di Bali walaupun ketua umumnya telah diganti.

"Partai Demokrat, jika diibaratkan sebagai kapal ini tetap karam kendati nakhodanya sudah diganti. Hal ini yang tidak diharapkan semua kader partai yang sedang ikut KLB di Bali," kata Rachland Nashidik, Sekretaris Departemen HAM DPP Partai Demokrat di Denpasar, Jumat.

Mantan direktur eksekutif Imparsial ini menjelaskan, Partai Demokrat dinilai publik antidemokrasi, karena semua posisi ketua di dalam partai dijabat seorang patron yang sama. Patronisasi jelas tergambar pada nafas aktivitas partai penguasa itu.

"PD dinilai tidak mempedulikan etika dan persepsi publik karena etalase politiknya tidak berubah. Pengurusnya tetap di isi figur-figur yang dinilai publik tidak baik. Entah bermasalah hukum atau personalitas politiknya yang terlanjur dinilai buruk," katanya.

Belum lama ini, Partai Demokrat mengungkapkan, berdasarkan penelitian Lingkar Survei Indonesia, elektabilitas Partai Demokrat terus mengalami penurunan. Hal itu semakin mencolok ketika dibandingkan dengan hasil Pemilu 2009 sebagai partai pemenang dengan perolehan suara 20,85 persen.

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia, Adjie Alfaraby, mengatakan, hasil survei LSI Juni 2011 suara Demokrat berada di angka 15,5 persen, kemudian Februari tahun beriktunya 13,7 persen, di bawah Golkar dan PDIP.

"Suara Demokrat jeblok sembilan persen dibanding Pemilu 2009," ujar dia.

Menurut Nashidik, KLB Partai Demokrat di Bali mungkin tidak bisa ditutup dengan keputusan-keputusan terbaik. Namun, apa pun masalahnya, keputusan-keputusan terburuk harus dihindari. Oleh karena itu, keputusan terbaik SBY bagi Partai Demokrat ditunggu semua orang.

(A029/H-KWR)