Presiden ingatkan pentingnya hilirisasi untuk tingkatkan ekonomi
31 Juli 2023 18:59 WIB
Presiden Joko Widodo menghadiri pengukuhan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Jakarta, Senin (31/7/2023). ANTARA/Mentari Dwi Gayati.
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo mengingatkan pentingnya hilirisasi di berbagai sektor, yang terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sejumlah daerah.
Hal itu disampaikan saat menghadiri pengukuhan Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Jakarta, Senin.
“Untuk growth, pertumbuhan ekonomi daerah di Sulteng sebelumnya hanya rata-rata 7-7,5 (persen), begitu ada hilirisasi menjadi 15 persen pertumbuhan ekonominya di sana. Di Maluku Utara sebelumnya rata-rata 5,7 persen, setelah hilirisasi 23 persen,” ujar Presiden.
Menurut Presiden, apabila seluruh provinsi di Indonesia mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi serupa, maka agregat pertumbuhan ekonomi nasional akan luar biasa.
Dia menekankan ada dua hal penting yang menyebabkan Indonesia bisa melompat menjadi negara maju, yakni pengembangan SDM karena bonus demografi serta hilirisasi industri.
Sejauh ini pemerintah telah melakukan hilirisasi terhadap nikel yang berdampak positif bagi peningkatan lapangan kerja di Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara.
Menurut Presiden, hilirisasi telah meningkatkan penyerapan tenaga pengolahan nikel di Sulawesi Tenggara dari 1.800 tenaga kerja menjadi 71.500 tenaga kerja. Sementara di Maluku Utara, sebelum hilirisasi hanya 500 orang yang bekerja namun kini menjadi 45.600 pekerja.
Presiden juga menyampaikan hilirisasi produk turunan nikel meningkatkan nilai tambah dari Rp31 triliun menjadi Rp510 triliun. Namun, kata Presiden, pemerintah tidak hanya akan berhenti di hilirisasi nikel, melainkan juga akan melakukan hilirisasi tembaga, bauksit, timah dan lainnya.
“Dan tidak hanya berhenti di mineral saja tetapi juga perkebunan dan kelautan yang ini berdasarkan hitung-hitungan kami, ini akan mengangkut UMKM, petani, nelayan, kalau mereka diberikan akses akan menghasilkan produk-produk yang bernilai tambah, melalui rumah produksi bersama. Memang ini harus ada yang mengkonsolidasikan,” jelasnya.
Dia mencontohkan Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbanyak di dunia dengan jumlah petani kelapa mencapai 4,1 juta kepala keluarga serta penghasil terbesar nomor dua rumput laut di dunia dengan jumlah petani rumput laut sebanyak 63.000 kepala keluarga.
Menurutnya jika dua komoditas itu dihilirisasi sehingga memiliki nilai tambah, maka keuntungannya bisa berkali-kali lipat.
“Kita semua harus, Apindo harus mulai berpikir ke sana untuk semua produk-produk yang masih dikirim mentahan, harus mulai. Bank juga harus berpikir mau membiayai hilirisasi di bidang-bidang yang tadi saya sebutkan,” pintanya.
Baca juga: Jokowi minta HIPMI-Kadin bersinergi dengan Apindo atasi kasus stunting
Baca juga: Jokowi: Sodetan Ciliwung kurangi 62 persen banjir Jakarta
Baca juga: Presiden Jokowi akan evaluasi penempatan perwira TNI di jabatan sipil
Baca juga: Jokowi minta HIPMI-Kadin bersinergi dengan Apindo atasi kasus stunting
Hal itu disampaikan saat menghadiri pengukuhan Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Jakarta, Senin.
“Untuk growth, pertumbuhan ekonomi daerah di Sulteng sebelumnya hanya rata-rata 7-7,5 (persen), begitu ada hilirisasi menjadi 15 persen pertumbuhan ekonominya di sana. Di Maluku Utara sebelumnya rata-rata 5,7 persen, setelah hilirisasi 23 persen,” ujar Presiden.
Menurut Presiden, apabila seluruh provinsi di Indonesia mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi serupa, maka agregat pertumbuhan ekonomi nasional akan luar biasa.
Dia menekankan ada dua hal penting yang menyebabkan Indonesia bisa melompat menjadi negara maju, yakni pengembangan SDM karena bonus demografi serta hilirisasi industri.
Sejauh ini pemerintah telah melakukan hilirisasi terhadap nikel yang berdampak positif bagi peningkatan lapangan kerja di Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara.
Menurut Presiden, hilirisasi telah meningkatkan penyerapan tenaga pengolahan nikel di Sulawesi Tenggara dari 1.800 tenaga kerja menjadi 71.500 tenaga kerja. Sementara di Maluku Utara, sebelum hilirisasi hanya 500 orang yang bekerja namun kini menjadi 45.600 pekerja.
Presiden juga menyampaikan hilirisasi produk turunan nikel meningkatkan nilai tambah dari Rp31 triliun menjadi Rp510 triliun. Namun, kata Presiden, pemerintah tidak hanya akan berhenti di hilirisasi nikel, melainkan juga akan melakukan hilirisasi tembaga, bauksit, timah dan lainnya.
“Dan tidak hanya berhenti di mineral saja tetapi juga perkebunan dan kelautan yang ini berdasarkan hitung-hitungan kami, ini akan mengangkut UMKM, petani, nelayan, kalau mereka diberikan akses akan menghasilkan produk-produk yang bernilai tambah, melalui rumah produksi bersama. Memang ini harus ada yang mengkonsolidasikan,” jelasnya.
Dia mencontohkan Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbanyak di dunia dengan jumlah petani kelapa mencapai 4,1 juta kepala keluarga serta penghasil terbesar nomor dua rumput laut di dunia dengan jumlah petani rumput laut sebanyak 63.000 kepala keluarga.
Menurutnya jika dua komoditas itu dihilirisasi sehingga memiliki nilai tambah, maka keuntungannya bisa berkali-kali lipat.
“Kita semua harus, Apindo harus mulai berpikir ke sana untuk semua produk-produk yang masih dikirim mentahan, harus mulai. Bank juga harus berpikir mau membiayai hilirisasi di bidang-bidang yang tadi saya sebutkan,” pintanya.
Baca juga: Jokowi minta HIPMI-Kadin bersinergi dengan Apindo atasi kasus stunting
Baca juga: Jokowi: Sodetan Ciliwung kurangi 62 persen banjir Jakarta
Baca juga: Presiden Jokowi akan evaluasi penempatan perwira TNI di jabatan sipil
Baca juga: Jokowi minta HIPMI-Kadin bersinergi dengan Apindo atasi kasus stunting
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023
Tags: