Larantuka (ANTARA News) - Ribuan perahu motor dan kapal kecil mengangkut peziarah Katolik yang terlibat dalam prosesi pengarakan Arca Yesus (Tuan Meninu) lewat laut dari Kota Rewido menuju Pante Kuce, depan istana Raja Larantuka, pada Jumat siang.

"Ribuan perahu motor dan kapal-kapal berukuran kecil ikut ambil bagian untuk mengantar Laskar Laut (Tuan Meninu) menuju istana Raja Larantuka," kata Felix Lamanepa, seorang warga Kota Larantuka.

Pengarakan Arca melawan arus laut Selat Gonzalo itu berakhir di Pante Kuce, dimana Arca Yesus akan ditakhtakan pada armada Tuan Meninu di Pohon Sirih.

Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur, adalah sebuah kota kecil di bawah kaki Gunung Mandiri di ujung timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Menjelang prosesi Jumat Agung, kota kecil itu dipadati oleh para peziarah yang datang dari berbagai daerah di NTT dan daerah lain untuk mengikuti ritus keagamaan peninggalan Portugis pada abad ke-16.

Pengarakan Arca Yesus, yang disebut Tuan Meninu atau Laskar Laut oleh orang Larantuka, merupakan bagian dari Prosesi Jumat Agung yang akan dilakukan dengan mengarak Patung Tuan Ma (Bunda Maria) keliling Kota Larantuka pada Jumat malam.

Arca Tuan Ma akan diarak dari kapela-Nya menuju Gereja Kathedral.

Dalam perjalanan mengelilingi Kota Larantuka, Arca akan menyinggahi delapan buah perhentian (armida), yakni Armida Missericordia, Armida Tuan Meninu (armada kota), Armida St. Philipus, Armida Tuan Trewa, Armida Pantekebi, Armida St. Antonius, Armida Kuce dan Armida Desa Lohayong.

Urutan armida ini menggambarkan seluruh kehidupan Yesus Kristus mulai dari ke AllahNya (Missericordia), kehidupan manusiaNya dari masa Bayi (Tuan Meninu), masa remaja (St. Philipus) hingga masa penderitaanNya sambil menghirup dengan tabah dan sabar seluruh isi piala penderitaan sekaligus piala keselamatan umat manusia.

Sejak arakan keluar dari gereja, para ana muji melagukan popule meus yang mengisahkan tentang keluhan Allah akan rahmat dan kebaikan-Nya yang disia-siakan oleh umat-Nya.

Prosesi keagamaan tersebut hanya berlangsung di Larantuka, sementara di wilayah keuskupan lainnya, umat Katolik hanya melakukan prosesi jalan salib untuk mengenang kisah sengsara Yesus sampai wafat di kayu salib.