Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Andy Noorsaman Sommeng menelaah antisipasi kecelakaan teknologi pada industri berisiko tinggi untuk memastikan keselamatan generasi.

"Pentingnya penelitian ilmiah dan manajemen pengetahuan dalam mengurangi bahaya dan mengantisipasi risiko kecelakaan teknologi pada industri berisiko tinggi," kata Andy di Jakarta, Minggu.

Andy menerangkan hal ini dalam penelitian berjudul “Berpikir yang Tidak Terpikirkan: Kejadian Black Swan, Risiko dan Kegagalan Sistemik Sistem Rekayasa Energi Kompleks".

Dijelaskan kecelakaan teknologi yang meliputi kejadian "black swan", risiko sistemik dan kegagalan sistemik pada industri risiko tinggi itu dinilai bisa menjadi ancaman bagi populasi, lingkungan dan ekonomi.

"Gagasan 'black swan' dijelaskan sebagai kecelakaan yang tidak dapat dicegah. Begitu pula kecelakaan teknologi yang dipicu oleh bahaya alam," katanya.

Baca juga: BPH Migas Apresiasi Pengukuhan Andy Noorsaman Sommeng Sebagai Guru Besar UI

Padahal, menurut Andy, kecelakaan teknologi dapat diperkirakan dan dapat dicegah ketika risiko dikelola secara bertanggung jawab dan tanda-tanda peringatan tidak diabaikan.

Sedangkan kejadian "black swan" merupakan peristiwa yang tidak terduga, sangat langka dan memiliki dampak besar pada sistem atau lingkungan.

Kemudian, risiko sistemik terkait dengan kegagalan atau kerusakan pada sistem menyebabkan dampak luas ke seluruh sistem atau pasar. Kecelakaan ini dapat menyebabkan krisis keuangan atau bahkan resesi ekonomi.

Contoh dari risiko sistemik adalah krisis keuangan global pada 2008 karena disebabkan beberapa faktor. Yaitu kesalahan dalam perancangan sistem, kegagalan dalam proses produksi atau perubahan lingkungan yang tidak terduga.

"Jika ketiga konsep ini saling terkait, kejadian 'black swan' tidak hanya memicu kegagalan sistemik pada suatu sistem energi kompleks dan industri, tetapi juga sektor keuangan atau ekonomi," katanya.

Baca juga: Andy Noorsaman terpilih sebagai Kepala BPH Migas

Misalnya, gempa bumi di Jepang tidak hanya memicu kecelakaan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima dan membuat tanah tidak dapat digunakan untuk hidup dan pertanian.

Tetapi juga merusak sejumlah besar fasilitas industri, menyebabkan pelepasan bahan kimia, kebakaran dan ledakan serta mempengaruhi rantai pasokan global karena hilangnya kapasitas produksi.

Karena itu, para insinyur harus turut membantu mengurangi potensi risiko sistemik dengan menahan kecelakaan sebelum efeknya menyebar kepada sistem dengan cara tidak terduga.

"Sangat penting bagi akademisi teknik wajib mendorong pendidikan generasi insinyur kimia berikutnya dengan kepekaan terhadap pentingnya keselamatan, keberlanjutan dan etika,” tuturnya.