Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menjelaskan bahwa pagelaran wayang kulit ini sebagai bentuk partai berlambang banteng moncong putih itu memperingati peristiwa penting 27 Juli 1996.
Menurut dia, saat itu kekuasaan otoriter mencoba untuk meredam seluruh gerakan arus bawah yang memberikan dukungan penuh kepada Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) saat itu, yakni Megawati Soekarnoputri.
Baca juga: PDIP respons pembatalan stadion untuk Senam Bersama Anies di Bekasi
"Tembok yang sangat tebal berhasil dijebol meskipun kantor kita porak-poranda," jelasnya.
Untuk itu, wayang kulit ini juga sebagai ritual kehidupan untuk memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar peristiwa kelam HAM berat yang dialami PDI di masa lalu tidak terjadi kembali di kehidupan ke depan.
Acara wayang ini menampilkan tari golek. Selain itu, turut hadir Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersama jajaran DPP PDIP serta tamu undangan serta masyarakat sekitar Lenteng Agung.
Ketua DPP Sri Rahayu dan Nusyirwan Soejono juga ada di lokasi acara. Hadir juga Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Abdullah Azwar Anas dan Kepala BKKBN Hasto Wardoyo.
Baca juga: PDIP: Budiman Sudjatmiko tak diberikan sanksi usai bertemu Prabowo
Baca juga: DPP PDIP panggil Cinta Mega sebelum putuskan beri sanksi