Akademisi: Budi pekerti salah satu syarat pembangunan
28 Juli 2023 00:09 WIB
Ketua Komisi Ilmu Sosial Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Mayling Oey-Gardiner di rumahnya di Jakarta, Kamis (27/7/2023). (ANTARA/Cindy Frishanti)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Komisi Ilmu Sosial Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Mayling Oey-Gardiner mengatakan bahwa perempuan punya peran besar dalam pembangunan, tetapi dengan syarat.
Mayling Oey-Gardiner mengatakan budi pekerti adalah salah satu syarat yang harus dimiliki agar perempuan bisa berperan dalam pembangunan.
“Pokoknya ada nilai, ada tata krama. Sekarang ‘kan ngga ada tata krama…budi pekerti,” kata Mayling dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Mayling juga mengatakan, hambatan perempuan untuk berperan dalam pembangunan adalah ketiadaannya nilai kebaikan seperti integritas, kejujuran, dan pola pikir bertumbuh.
Dia menyebutkan, salah satu cara mendapatkan hal tersebut adalah melalui pendidikan.
“Karena (schooling) pendidikan itu memungkinkan kita untuk selalu memperluas wawasan. Karena itu yang kita perlukan jika ingin menjadi sesuatu,” kata Mayling.
Menurut Mayling, kemajuan yang ada sekarang sudah cukup bagus karena sudah banyak perempuan yang mendapatkan pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi.
“Di perguruan tinggi, perempuan sudah lebih banyak,” ujar Mayling.
Dia juga mengatakan, banyak perempuan bisa bekerja di lembaga pemerintah dan swasta karena sudah mendapat pendidikan.
Di saat yang sama, Mayling mengatakan bahwa masih ada perempuan yang tidak mau mengambil jabatan fungsional di organisasi.
“Seperti di kampus, (perempuan) sudah dinaikkan (jabatannya), tapi tidak mau menduduki fungsional, karena kebutuhan komitmen (pada pekerjaan) lebih tinggi, yang pasti akan berkurang waktu untuk keluarga. Itu pilihan ya,” kata Mayling.
Menurutnya, perempuan hampir pasti akan memilih keluarga, karena tidak ada layanan publik yang membantu perempuan untuk memungkinkan mereka melakukan keduanya bersamaan dengan baik.
Sementara itu, Mayling berpendapat bahwa tujuan dari kesetaraan gender adalah meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik.
“Kalau sama jeleknya (kualitas hidup) ngapain. Kesetaraan gender itu bukan tujuan akhir,” kata Mayling.
Baca juga: Menteri PPPA sebut perempuan negosiator yang mumpuni dalam perdamaian
Baca juga: Rektor UIN: Perempuan punya peran sama dengan laki-laki dalam pemilu
Baca juga: Komnas Perempuan gandeng Uni Eropa perkuat peran guna hapus kekerasan
Mayling Oey-Gardiner mengatakan budi pekerti adalah salah satu syarat yang harus dimiliki agar perempuan bisa berperan dalam pembangunan.
“Pokoknya ada nilai, ada tata krama. Sekarang ‘kan ngga ada tata krama…budi pekerti,” kata Mayling dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Mayling juga mengatakan, hambatan perempuan untuk berperan dalam pembangunan adalah ketiadaannya nilai kebaikan seperti integritas, kejujuran, dan pola pikir bertumbuh.
Dia menyebutkan, salah satu cara mendapatkan hal tersebut adalah melalui pendidikan.
“Karena (schooling) pendidikan itu memungkinkan kita untuk selalu memperluas wawasan. Karena itu yang kita perlukan jika ingin menjadi sesuatu,” kata Mayling.
Menurut Mayling, kemajuan yang ada sekarang sudah cukup bagus karena sudah banyak perempuan yang mendapatkan pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi.
“Di perguruan tinggi, perempuan sudah lebih banyak,” ujar Mayling.
Dia juga mengatakan, banyak perempuan bisa bekerja di lembaga pemerintah dan swasta karena sudah mendapat pendidikan.
Di saat yang sama, Mayling mengatakan bahwa masih ada perempuan yang tidak mau mengambil jabatan fungsional di organisasi.
“Seperti di kampus, (perempuan) sudah dinaikkan (jabatannya), tapi tidak mau menduduki fungsional, karena kebutuhan komitmen (pada pekerjaan) lebih tinggi, yang pasti akan berkurang waktu untuk keluarga. Itu pilihan ya,” kata Mayling.
Menurutnya, perempuan hampir pasti akan memilih keluarga, karena tidak ada layanan publik yang membantu perempuan untuk memungkinkan mereka melakukan keduanya bersamaan dengan baik.
Sementara itu, Mayling berpendapat bahwa tujuan dari kesetaraan gender adalah meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik.
“Kalau sama jeleknya (kualitas hidup) ngapain. Kesetaraan gender itu bukan tujuan akhir,” kata Mayling.
Baca juga: Menteri PPPA sebut perempuan negosiator yang mumpuni dalam perdamaian
Baca juga: Rektor UIN: Perempuan punya peran sama dengan laki-laki dalam pemilu
Baca juga: Komnas Perempuan gandeng Uni Eropa perkuat peran guna hapus kekerasan
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023
Tags: