Indramayu, Jawa Barat (ANTARA) - Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) selaku pengelola Ma'had Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat menyebutkan, salah satu alasan dibangunnya Ma'had Al Zaytun adalah dendam positif.

"Saya pernah dipukul, saya dendam, namun tidak saya balas, jadi kalau saya bisa bikin pesantren, maka saya mau bikin pesantren anti kekerasan," kata Anggota Pembina YPI Abdul Halim, mengutip perkataan Panji Gumilang (selaku pendiri Ma'had Al Zaytun), saat dikonfirmasi di Indramayu, Jawa Barat, Kamis.

Baca juga: YPI tegaskan Panji Gumilang tidak dapat dipisahkan dari Al Zaytun
Halim mengatakan, peristiwa tersebut pula yang mengakibatkan Panji Gumilang memberikan motto di mana Ma'had Al Zaytun sebagai pusat pendidikan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian.

"Kekerasan sampai menyentil saja, tidak diperbolehkan di sini (Ma'had Al Zaytun)," tegas Abdul Halim yang juga merupakan sekretaris pribadi Panji Gumilang.

Baca juga: "Sesat" Panji Gumilang dari NII ke "agama baru"
Dia menyebutkan, perasaan dendam lainnya yang menjadi alasan pendirian Ma'had Al Zaytun, yakni perasaan lapar, yang menurut Panji Gumilang dapat menyebabkan santri menjadi berbohong.

Dia menceritakan ketika Panji Gumilang menjadi santri, dimana Panji Gumilang pernah merasa kelaparan dan terpaksa berbohong kepada bagian dapur, agar dapat makan di luar waktu yang ditentukan.

Baca juga: MUI segera luncurkan fatwa terkait kasus Ma'had Al Zaytun
"Maka beliau bersumpah, jika nanti kalau bikin pesantren saya bikin di tempat luas dan tidak ada santri kelaparan," ujarnya.

Maka dari itu, kata dia, Ma'had Al Zaytun didirikan di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dengan luas sekitar 1.200 hektare, memiliki lahan pertanian produktif seluas 500 hektare untuk menjamin santri tidak kelaparan.