Surabaya (ANTARA News) - Salah satu dari bayi kembar siam dempet dada dan perut yang dipisahkan 19 Maret lalu di RSUD dr Soetomo Surabaya, Jawa Timur, Senin siang meninggal dunia.

Fenia Aqyi Putri Aurora meninggal sekitar pukul 11.30 WIB, sementara kembarannya Fania Putri Aurora yang masih dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) kondisinya membaik.

Si kembar siam Fenia dan Fania dilahirkan 27 Februari 2013 di Ponorogo dan dirujuk ke RSUD dr Soetomo pada 5 Maret. Saat itu kondisinya sehat dan langsung dibawa ke ruang perawatan anak untuk ditangani tim dokter setempat.

Fenia Aqyi Putri Aurora memiliki panjang tubuh 47 cm dengan berat badan 2,5 kg, sedangkan Fania Aqya Putri Aurora panjang tubuhnya 46 cm dan bobot 2,5 kg.

Ketua Tim Pusat Penanganan Bayi Kembar Siam Terpadu RSU dr Soetomo Surabaya Agus Harianto mengatakan Fenia hanya bisa bertahan selama empat hari setelah operasi pada 19 Maret lalu. "Sekitar pukul 11.30 WIB, Fenia meninggal," katanya.

Menurut Agus, kondisinya Fenia terus memburuk pascaoperasi. Ia meninggal karena mengalami gangguan fungsi multiorgan," katanya.

Agus mengatakan bahwa sejak awal Fenia memiliki banyak kelainan seperti kelainan jantung hingga pada kegagalan pertumbuhan pada dinding perut bayi.

"Kondisi Fenia memang sudah memburuk sebelum maupun sesudah operasi. Kondisinya jelek, naik turun dan sering kritis," ujarnya.

Beberapa jam sebelum meninggal, kata dia, kondisi Fenia semakin parah sehingga akhirnya tidak bisa diselamatkan. Meski demikian, Agus mengatakan tindakan operasi pemisahan memang seharusnya dilakukan. Jika Fenia meninggal dalam keadaan masih dempet, kemungkinan besar saudara kembarnya, Fania, juga ikut meninggal.

"Tapi kalau dioperasi, ada kemungkinan salah satu bertahan hidup," katanya.

Dijelaskan, bayi kembar siam ini mengalami dempet tulang dada dan perut. Tulang dada dan perut yang menyatu itu dalam istilah medis disebut Xymphoompha Lopagus. Omphalokel atau kulit pusar pada perutnya sedikit terbuka.

Setelah dimandikan dan disucikan, jenazah Fenia langsung didampingi ibunya Endang kembali ke Ponorogo untuk dimakamkan. Sedangkan ayahnya, Jemadi tetap menunggu Fania yang masih beradi di ruang ICU lantai 2 Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD Soetomo.

"Keluarga mengaku sudah merelakan apabila salah satu putri kembarnya meninggal," katanya.

Sementara itu, kondisi Fania Aqya Putri Aurora terus membaik. Kendati masih berada di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan mendapat perawatan intensif, ia sudah tidak lagi bergantung pada alat respirator.

"Kondisinya Fania saat ini membaik," kata Agus.

Menurut dia, asupan susu yang diminumnya 60 cc per dua jam sekali. Bila kondisinya terus membaik dan melewati fase kritis, Fania akan segera dipindahkan ke ruang anak.

"Saat ini masih ada di ICU. Paling tidak tujuh hari ke depan sudah bisa dipindah," katanya.