Jakarta (ANTARA) - Jerman bertekad mengurangi ketergantungan ekonomi kepada China dan berkomitmen mencari mitra dagang serta investasi lain, termasuk Indonesia, kata Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Lepel.

Menurut data Badan Statistik Jerman, China adalah mitra dagang terbesar Jerman, dengan nilai impor dan ekspor antara kedua negara hampir 300 miliar euro (Rp5.000 triliun) pada 2022.

“Kami tidak ingin memutuskan hubungan ekonomi kami dengan China. Sebaliknya, kami ingin membuat sektor-sektor dan industri penting kami lebih tangguh dengan mengurangi ketergantungan pada China,” kata Lepel dalam temu media di Jakarta, Selasa.

Jerman saat ini sedang berusaha mengurangi ketergantungan ekonomi kepada Beijing sebagaimana tertuang dalam strategi menghadapi China.

Baca juga: Bagi Jerman, China adalah rival sekaligus mitra

Strategi menghadapi China adalah dokumen yang menjelaskan strategi nasional Jerman dalam berhubungan dengan China. Dokumen tersebut menjadi pengakuan resmi bahwa hubungan antara China, Jerman dan Uni Eropa telah berubah.

Dokumen setebal 61 halaman itu telah disetujui oleh kabinet Kanselir Olaf Scholz dan diperkenalkan kepada publik 13 Juli lalu. Dokumen tersebut menyatakan "China telah berubah, dan sebagai hasilnya Jerman perlu menyesuaikan pendekatannya".

Dalam dokumen itu disebutkan bahwa Jerman sangat tergantung kepada China dalam beberapa sektor penting, termasuk berbagai jenis logam, mineral langka, baterai lithium, dan obat-obatan.

Selain itu, banyak produk untuk kehidupan sehari-hari, dan berbagai komoditas yang diperlukan untuk transisi energi yang sebagian besar datang dari China.

Badan Statistik Jerman mencatat ada 86 persen komputer portabel yang diimpor ke Jerman, 67,8 persen ponsel dan smartphone, dan 39,2 baterai lithium-ion berasal dari China selama 2022.

Baca juga: China serukan kolaborasi saling menguntungkan dengan perusahaan Jerman