ASEAN 2023
BRIN: Mobilitas manusia di antara negara ASEAN-Jepang relatif kecil
25 Juli 2023 17:16 WIB
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko berbicara dalam simposium bertema Mobilities among ASEAN and Japan: Its Future and How We Shape It, di Jakarta, Selasa (25/7/2023). ANTARA/Katriana.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menyatakan mobilitas manusia di antara negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) relatif kecil, termasuk mobilitas antara negara-negara ASEAN dan Jepang.
"Sayangnya, ini adalah fakta," kata kepala BRIN tersebut dalam simposium bertema Mobilities among ASEAN and Japan: Its Future and How We Shape It, di Jakarta, Selasa.
Laksana mengatakan data tersebut didasarkan pada penelitian yang dilakukan terkait mobilitas manusia di antara negara-negara ASEAN sendiri dan di antara negara-negara ASEAN dengan Jepang dalam beberapa tahun terakhir.
Persentase tersebut, kata dia, berbeda jika dibandingkan dengan data mobilitas manusia di antara negara-negara ASEAN dengan kawasan lain di dunia, yang menurutnya cenderung lebih tinggi.
Data mobilitas tersebut disampaikan bertepatan dengan keketuaan Indonesia di ASEAN pada tahun ini, dan juga 50 tahun hubungan persahabatan dan kerja sama ASEAN-Jepang.
Dalam upaya mendorong peran ASEAN untuk menjadi pusat pertumbuhan global, Indonesia mendorong negara-negara anggota ASEAN untuk lebih membuka perbatasan masing-masing guna meningkatkan mobilitas di antara mereka dan dengan negara mitra, termasuk Jepang.
Namun demikian, pada saat yang sama langkah tersebut menghadapi sejumlah tantangan seperti perdagangan manusia dan lalu lintas barang-barang ilegal.
"Saya kira kita harus menangani dengan serius isu ini guna memperkuat kerja sama lebih lanjut di antara negara-negara ASEAN, dan khususnya antara ASEAN dan Jepang," kata Laksana.
Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di ASEAN, Indonesia, kata Laksana, perlu memberikan kontribusi terhadap peningkatan mobilitas di antara negara-negara ASEAN, tetapi pada saat yang sama juga perlu memberikan solusi terhadap tantangan yang muncul.
Untuk itulah, diskusi untuk mencari solusi terhadap permasalahan tersebut, menurut Laksana, perlu dilakukan sehingga upaya mewujudkan cita-cita ASEAN sebagai pusat pertumbuhan global dapat dicapai dengan meningkatkan mobilitas di antara masyarakat ASEAN dan negara-negara di kawasan lain, termasuk Jepang.
"Jadi simposium studi ini diharapkan dapat menemukan solusi terhadap isu yang muncul dari mobilitas di antara masyarakat ASEAN," kata dia.
"Ini juga diharapkan tidak hanya memperluas kerja sama yang telah ada, tetapi juga memberikan solusi alternatif pada bagaimana kita bisa mengatasi masalah-masalah yang mungkin muncul bersamaan dengan mobilitas manusia," kata Laksana lebih lanjut.
Baca juga: BRIN kaji hubungan kolaborasi ASEAN-Jepang
Baca juga: BRIN harapkan periset-pelajar optimalkan kesempatan studi ke Jepang
Baca juga: Indonesia perbaharui kerja sama riset dengan Jepang
"Sayangnya, ini adalah fakta," kata kepala BRIN tersebut dalam simposium bertema Mobilities among ASEAN and Japan: Its Future and How We Shape It, di Jakarta, Selasa.
Laksana mengatakan data tersebut didasarkan pada penelitian yang dilakukan terkait mobilitas manusia di antara negara-negara ASEAN sendiri dan di antara negara-negara ASEAN dengan Jepang dalam beberapa tahun terakhir.
Persentase tersebut, kata dia, berbeda jika dibandingkan dengan data mobilitas manusia di antara negara-negara ASEAN dengan kawasan lain di dunia, yang menurutnya cenderung lebih tinggi.
Data mobilitas tersebut disampaikan bertepatan dengan keketuaan Indonesia di ASEAN pada tahun ini, dan juga 50 tahun hubungan persahabatan dan kerja sama ASEAN-Jepang.
Dalam upaya mendorong peran ASEAN untuk menjadi pusat pertumbuhan global, Indonesia mendorong negara-negara anggota ASEAN untuk lebih membuka perbatasan masing-masing guna meningkatkan mobilitas di antara mereka dan dengan negara mitra, termasuk Jepang.
Namun demikian, pada saat yang sama langkah tersebut menghadapi sejumlah tantangan seperti perdagangan manusia dan lalu lintas barang-barang ilegal.
"Saya kira kita harus menangani dengan serius isu ini guna memperkuat kerja sama lebih lanjut di antara negara-negara ASEAN, dan khususnya antara ASEAN dan Jepang," kata Laksana.
Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di ASEAN, Indonesia, kata Laksana, perlu memberikan kontribusi terhadap peningkatan mobilitas di antara negara-negara ASEAN, tetapi pada saat yang sama juga perlu memberikan solusi terhadap tantangan yang muncul.
Untuk itulah, diskusi untuk mencari solusi terhadap permasalahan tersebut, menurut Laksana, perlu dilakukan sehingga upaya mewujudkan cita-cita ASEAN sebagai pusat pertumbuhan global dapat dicapai dengan meningkatkan mobilitas di antara masyarakat ASEAN dan negara-negara di kawasan lain, termasuk Jepang.
"Jadi simposium studi ini diharapkan dapat menemukan solusi terhadap isu yang muncul dari mobilitas di antara masyarakat ASEAN," kata dia.
"Ini juga diharapkan tidak hanya memperluas kerja sama yang telah ada, tetapi juga memberikan solusi alternatif pada bagaimana kita bisa mengatasi masalah-masalah yang mungkin muncul bersamaan dengan mobilitas manusia," kata Laksana lebih lanjut.
Baca juga: BRIN kaji hubungan kolaborasi ASEAN-Jepang
Baca juga: BRIN harapkan periset-pelajar optimalkan kesempatan studi ke Jepang
Baca juga: Indonesia perbaharui kerja sama riset dengan Jepang
Pewarta: Katriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023
Tags: