Unilever catatkan laba bersih Rp2,8 triliun sepanjang semester I-2023
24 Juli 2023 22:20 WIB
Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti menyampaikan kinerja laporan keuangan perseroan selama semester I-2023 secara daring, di Jakarta, Senin (24/7/2023). ANTARA/Bayu Saputra
Jakarta (ANTARA) - PT Unilever Indonesia Tbk mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,8 triliun sepanjang semester I tahun 2023, dengan margin kotor kuartal II sebesar 50,5 persen.
Jumlah laba bersih tersebut menandai adanya penurunan laba sebesar 19,6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022 yang tercatat Rp3,42 triliun.
“Kami memahami bahwa inflasi dan biaya hidup berdampak signifikan terhadap kebiasaan belanja konsumen, hal ini diperkirakan akan bertahan selama beberapa kuartal ke depan. Terlepas dari perlambatan konsumsi rumah tangga saat ini, kami memiliki optimisme terhadap pasar FMCG Indonesia secara jangka panjang,” kata Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti, di Jakarta, Senin.
Perseroan juga mencatatkan angka penjualan sebesar Rp20,3 triliun selama semester I, turun 5,5 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Ira menjelaskan upaya yang terintegrasi dalam mengimplementasikan lima prioritas strategis perseroan terus menunjukkan peningkatan volume share dan profitabilitas.
Adapun lima strategi prioritas yang diterapkan, yakni pertama, memperkuat dan membuka potensi penuh dari merek-merek utama. Kedua, memperluas dan memperkaya portofolio ke premium dan value segment.
Ketiga, membangun execution powerhouse untuk memperkuat kepemimpinan di kanal utama. Keempat, penerapan 'e-Everything' di semua lini bisnis, dan kelima, tetap menjadi yang terdepan dalam agenda keberlanjutan (sustainability).
“Selama empat kuartal terakhir kami melakukan intervensi harga untuk memastikan brand kami memiliki daya saing yang kuat. Meskipun demikian, kami masih berhasil melindungi margin perseroan,” ujar Ira.
Lebih lanjut, Ira memaparkan, untuk memperkuat dan membuka potensi penuh dari merek-merek utamanya, Unilever Indonesia memastikan menempatkan investasi yang kompetitif dalam mengomunikasikan merek kepada para konsumen. Dalam aspek ekspansi portofolio, perseroan berhasil meningkatkan kontribusi pada premium segment sebesar lebih dari 27 persen dari penjualan domestik pada kuartal II.
Selain itu, penjualan perseroan di kuartal II-2023 masih terkena dampak dari tutupnya beberapa pemain B2B dan B2C e-Commerce pada akhir tahun lalu. Dampak tersebut mempengaruhi topline Unilever Indonesia pada semester I-2023. Namun demikian, Ira memproyeksikan dampak tersebut akan lebih minimum pada semester II-2023 mendatang.
“Kami siap dengan strategi yang terarah untuk membangun bisnis yang lebih sehat di masa depan dan mengatasi tantangan yang mungkin muncul. Kami percaya bahwa pendekatan ini akan memperkuat fundamental bisnis kami, meningkatkan daya saing, dan menghasilkan pertumbuhan jangka panjang,” katanya lagi.
Baca juga: Unilever bukukan penjualan Rp41,2 triliun di 2022, naik 4,2 persen
Baca juga: RUPST Unilever setujui pembagian dividen Rp2,70 triliun
Jumlah laba bersih tersebut menandai adanya penurunan laba sebesar 19,6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022 yang tercatat Rp3,42 triliun.
“Kami memahami bahwa inflasi dan biaya hidup berdampak signifikan terhadap kebiasaan belanja konsumen, hal ini diperkirakan akan bertahan selama beberapa kuartal ke depan. Terlepas dari perlambatan konsumsi rumah tangga saat ini, kami memiliki optimisme terhadap pasar FMCG Indonesia secara jangka panjang,” kata Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti, di Jakarta, Senin.
Perseroan juga mencatatkan angka penjualan sebesar Rp20,3 triliun selama semester I, turun 5,5 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Ira menjelaskan upaya yang terintegrasi dalam mengimplementasikan lima prioritas strategis perseroan terus menunjukkan peningkatan volume share dan profitabilitas.
Adapun lima strategi prioritas yang diterapkan, yakni pertama, memperkuat dan membuka potensi penuh dari merek-merek utama. Kedua, memperluas dan memperkaya portofolio ke premium dan value segment.
Ketiga, membangun execution powerhouse untuk memperkuat kepemimpinan di kanal utama. Keempat, penerapan 'e-Everything' di semua lini bisnis, dan kelima, tetap menjadi yang terdepan dalam agenda keberlanjutan (sustainability).
“Selama empat kuartal terakhir kami melakukan intervensi harga untuk memastikan brand kami memiliki daya saing yang kuat. Meskipun demikian, kami masih berhasil melindungi margin perseroan,” ujar Ira.
Lebih lanjut, Ira memaparkan, untuk memperkuat dan membuka potensi penuh dari merek-merek utamanya, Unilever Indonesia memastikan menempatkan investasi yang kompetitif dalam mengomunikasikan merek kepada para konsumen. Dalam aspek ekspansi portofolio, perseroan berhasil meningkatkan kontribusi pada premium segment sebesar lebih dari 27 persen dari penjualan domestik pada kuartal II.
Selain itu, penjualan perseroan di kuartal II-2023 masih terkena dampak dari tutupnya beberapa pemain B2B dan B2C e-Commerce pada akhir tahun lalu. Dampak tersebut mempengaruhi topline Unilever Indonesia pada semester I-2023. Namun demikian, Ira memproyeksikan dampak tersebut akan lebih minimum pada semester II-2023 mendatang.
“Kami siap dengan strategi yang terarah untuk membangun bisnis yang lebih sehat di masa depan dan mengatasi tantangan yang mungkin muncul. Kami percaya bahwa pendekatan ini akan memperkuat fundamental bisnis kami, meningkatkan daya saing, dan menghasilkan pertumbuhan jangka panjang,” katanya lagi.
Baca juga: Unilever bukukan penjualan Rp41,2 triliun di 2022, naik 4,2 persen
Baca juga: RUPST Unilever setujui pembagian dividen Rp2,70 triliun
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023
Tags: