Media "online" ancaman serius koran dan majalah
23 Maret 2013 21:07 WIB
Ilustrasi iPhone, salah satu gadget yang berkenan di hati masyarakat. Kecenderungan pengguna internet berubah menuju pemakaian gadget bergerak serupa ini untuk mendapatkan informasi dan beraktivitas lain berbasis online. (apple.com)
Palembang (ANTARA News) - Media online atau biasa juga disebut portal berita kini semakin menjadi ancaman serius bagi koran atau majalah karena semakin teknologi informasi yang makin berkembang.
Pada sisi lain, biaya produksi dan distribusi media massa konvensional semakin mahal dan langka selain tinjauan dari sisi kelestarian lingkungan hidup.
"Saat ini dari 260 juta jiwa penduduk Indonesia sebanyak 23 persen di antaranya telah menjadi pembaca setia beragam media online," kata Sekretaris Jenderal Aliansi Jurnalis Independen, Suwarjono, ketika menjadi panelis Seminar New Media: Pembaca, Laba dan Etika, yang diselenggarakan, di Palembang, Sabtu.
Menurut dia, perkembangan pesat teknologi internet mendorong semakin banyak pengakses media online.
Apalagi, kini mengakses portal tidak hanya menggunakan komputer atau laptop tetapi melalui telpon genggam atau alat komunikasi bergerak lain. Telah terjadi pergeseran perilaku pemakai alat komunikasi digital, dari berbasis desktop kepada gadget bergerak.
Ia mengatakan, kehadiran teknologi sehingga melahirkan media online ini sungguh luar biasa dampaknya terhadap percepatan komunikasi di negeri ini.
Terbukti, kini media massa cetak nasional menghadapi stagnansi akibat pembaca sudah beralih ke portal berita.
Dia menjelaskan, kondisi tersebut tentunya mesti disikapi secara bijak oleh pemilik media apakah akan mempertahankan koran atau majalah. Bertransformasi menjadi media online juga pilihan penting.
Sementara Redaktur Senior kompas.com, Heru Margiyanto, menambahkan, sejumlah media besar di Amerika Serikat membuktikan, menghentikan produksi media cetak dan menganti dengan portal adalah pilihan tepat.
"Contohnya Newsweek yang kini tidak terbit lagi dalam bentuk cetak melainkan online," tambahnya.
Dia mengatakan, memang di Indonesia baru sekitar 63 juta pengakses internet tetapi kondisi ini akan terus berkembang.
(KR-NE/E001)
Pada sisi lain, biaya produksi dan distribusi media massa konvensional semakin mahal dan langka selain tinjauan dari sisi kelestarian lingkungan hidup.
"Saat ini dari 260 juta jiwa penduduk Indonesia sebanyak 23 persen di antaranya telah menjadi pembaca setia beragam media online," kata Sekretaris Jenderal Aliansi Jurnalis Independen, Suwarjono, ketika menjadi panelis Seminar New Media: Pembaca, Laba dan Etika, yang diselenggarakan, di Palembang, Sabtu.
Menurut dia, perkembangan pesat teknologi internet mendorong semakin banyak pengakses media online.
Apalagi, kini mengakses portal tidak hanya menggunakan komputer atau laptop tetapi melalui telpon genggam atau alat komunikasi bergerak lain. Telah terjadi pergeseran perilaku pemakai alat komunikasi digital, dari berbasis desktop kepada gadget bergerak.
Ia mengatakan, kehadiran teknologi sehingga melahirkan media online ini sungguh luar biasa dampaknya terhadap percepatan komunikasi di negeri ini.
Terbukti, kini media massa cetak nasional menghadapi stagnansi akibat pembaca sudah beralih ke portal berita.
Dia menjelaskan, kondisi tersebut tentunya mesti disikapi secara bijak oleh pemilik media apakah akan mempertahankan koran atau majalah. Bertransformasi menjadi media online juga pilihan penting.
Sementara Redaktur Senior kompas.com, Heru Margiyanto, menambahkan, sejumlah media besar di Amerika Serikat membuktikan, menghentikan produksi media cetak dan menganti dengan portal adalah pilihan tepat.
"Contohnya Newsweek yang kini tidak terbit lagi dalam bentuk cetak melainkan online," tambahnya.
Dia mengatakan, memang di Indonesia baru sekitar 63 juta pengakses internet tetapi kondisi ini akan terus berkembang.
(KR-NE/E001)
Pewarta: Nila Ertina
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: