PLN: Biomassa kurangi emisi PLTU 429 ribu ton pada semester 1 2023
22 Juli 2023 23:51 WIB
Arsip - Tiga pekerja memeriksa serbuk gergaji yang akan digunakan sebagai biomassa pengganti bahan bakar batu bara dengan teknologi co-firing di PLTU Suralaya di Cilegon, Provinsi Banten. (ANTARA/HO-PLN)
Jakarta (ANTARA) - Penggunaan biomassa sebagai pengganti batu bara pada 40 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mampu mengurangi emisi sebanyak 429 ribu ton setara karbon dioksida selama semester I 2023, menurut PT PLN (Persero).
"Dalam masa transisi energi, kami menggunakan teknologi co-firing di PLTU sebagai upaya menekan penggunaan batu bara," kata Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo di Jakarta, Sabtu.
Berdasarkan data semester I 2023, PLN secara kumulatif telah menggunakan biomassa dengan menerapkan co-firing sekitar 404,5 ribu ton.
Penggunaan terbanyak tercatat di wilayah Jawa, Madura dan Bali (353,6 ribu ton), diikuti wilayah Sumatra dan Kalimantan (38,5 ribu ton), dan wilayah Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara (12,4 ribu ton).
Darmawan menuturkan pihaknya terus berupaya agar target dekarbonisasi sebesar 954 ribu ton setara karbon dioksida bisa tercapai pada tahun ini.
Teknologi co-firing adalah substitusi batu bara pada rasio tertentu dengan bahan biomassa, seperti pellet kayu, sampah, cangkang sawit, dan serbuk gergaji.
Menurut Darmawan, co-firing tak sekedar mengurangi emisi tetapi juga memberdayakan masyarakat dan membangun ekonomi kerakyatan.
"Kami mengajak masyarakat untuk terlibat aktif membuat bahan baku co-firing, mulai dari penanaman tanaman biomassa hingga pengelolaan sampah rumah tangga untuk dijadikan pellet," katanya.
Baca juga: Pembatalan proyek PLTU batu bara di RI dapat selamatkan 180 ribu jiwa
Baca juga: PLN perkuat rantai pasok biomassa sebagai pengganti batu bara
"Dalam masa transisi energi, kami menggunakan teknologi co-firing di PLTU sebagai upaya menekan penggunaan batu bara," kata Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo di Jakarta, Sabtu.
Berdasarkan data semester I 2023, PLN secara kumulatif telah menggunakan biomassa dengan menerapkan co-firing sekitar 404,5 ribu ton.
Penggunaan terbanyak tercatat di wilayah Jawa, Madura dan Bali (353,6 ribu ton), diikuti wilayah Sumatra dan Kalimantan (38,5 ribu ton), dan wilayah Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara (12,4 ribu ton).
Darmawan menuturkan pihaknya terus berupaya agar target dekarbonisasi sebesar 954 ribu ton setara karbon dioksida bisa tercapai pada tahun ini.
Teknologi co-firing adalah substitusi batu bara pada rasio tertentu dengan bahan biomassa, seperti pellet kayu, sampah, cangkang sawit, dan serbuk gergaji.
Menurut Darmawan, co-firing tak sekedar mengurangi emisi tetapi juga memberdayakan masyarakat dan membangun ekonomi kerakyatan.
"Kami mengajak masyarakat untuk terlibat aktif membuat bahan baku co-firing, mulai dari penanaman tanaman biomassa hingga pengelolaan sampah rumah tangga untuk dijadikan pellet," katanya.
Baca juga: Pembatalan proyek PLTU batu bara di RI dapat selamatkan 180 ribu jiwa
Baca juga: PLN perkuat rantai pasok biomassa sebagai pengganti batu bara
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023
Tags: