Selain itu juga hadir para ibu nyai seperti Nyai Badriyah Djazuli, Nyai Lilik Cholidah Badrus, dan Nyai Djuwariyah Fawaid As’ad.
Baca juga: PKB tak undang bakal capres di harlah ke-25
Baca juga: Harlah ke-25 PKB jadi momentum satukan kekuatan Pemilu 2024
“Kehadiran beliau-beliau ini tentu sangat berarti dan kami mengucapkan terima kasih karena di tengah kesibukan beliau-beliau mendidik santri masih menyempatkan diri untuk khidmah bersama PKB,” katanya.
Kehadiran para kiai sepuh, para pengasuh pesantren, para kiai muda, hingga para santri menunjukkan jika PKB tidak akan pernah lepas dari pesantren sebagai akarnya.
“PKB ini memang lahir dari pesantren dan menjadi alat perjuangan pesantren untuk Indonesia,” jelas dia.
Menurutnya PKB tidak bisa dilepaskan dari NU, sebaliknya NU juga tidak bisa meninggalkan PKB karena ikatan sejarah, nilai, hingga aktor perjuangan yang hampir sama.
“PKB dan NU ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Kehadiran dua entitas besar ini merupakan aset bagi Indonesia untuk menciptakan kerukunan, perdamaian, dan kesejahteraan bagi anak bangsa,” ujar Gus Yusuf.
Baca juga: PKB gelar puncak peringatan Harlah PKB ke-25 di Solo
Baca juga: Harlah PKB, Cak Imin koreksi pendidikan dan wujudkan kedaulatan pangan