Wamen Kominfo: Buku "Sejarah Mati di Kampung Kami" untuk milenial
21 Juli 2023 20:14 WIB
Wakil Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Nezar Patria usai acara bedah buku "Sejarah Mati di Kampung Kami" di Kantor Penghubung Pemerintah Aceh, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (21/7/2023). ANTARA/Risky Syukur
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Nezar Patria mengemukakan buku "Sejarah Mati di Kampung Kami" dikhususkan bagi generasi milenial.
"Buku ini kita diharapkan dapat berguna bagi kaum muda atau generasi milenial, khususnya untuk membantu mereka dalam membaca sejarah," ungkap Nezar dalam bedah buku "Sejarah Mati di Kampung Kami" di Kantor Penghubung Pemerintah Aceh, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat.
Buku yang ditulis itu membantu milenial dalam membaca sejarah, terutama tentang bencana besar tsunami Aceh, kepingan-kepingan besar dibalik peristiwa tersebut, konflik, perdamaian dan sebagainya.
Sejarah yang disampaikan dalam dan dengan cara buku ini diharapkan menjadi inspirasi dan pembelajaran bagi kaum milenial.
Baca juga: Jokowi sebut pengalaman di media alasan Nezar Patria jadi Wamenkominfo
Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan dia sejak peristiwa tsunami Aceh." Ya rentang waktunya cukup panjang. Saya kira sejak tsunami Aceh sampai tahun lalu (2004-2022),"
ungkap Nezar.
Ia berharap, nantinya penerbit juga akan membuat versi elektronik (e-book)-nya agar buku tersebut lebih terdistribusi secara luas dan lebih menyentuh milenial."
Supaya distribusi buku tersebut bisa meluas dan semakin dekat dengan milenial," ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, salah satu pembedah buku sekaligus sastrawan, Bre Redana mengatakan bahwa buku "Sejarah Mati di Kampung Kami" bukanlah sekadar kronik peristiwa tetapi juga kronik kesadaran.
Baca juga: Nezar Patria ingin percepat pelaksanaan program Kominfo
Dalam buku tersebut, Nezar memberi pemahaman, perspektif dan kesadaran baru dari peristiwa-peristiwa yang dijadikan tulisan.
"Jadi buku itu bukan sekadar kronik peristiwa ya, merangkaikan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain," katanya.
Lebih dari itu, katanya, buku tersebut berhasil menjadi sebuah kronik kesadaran khususnya tentang Aceh.
Ia menuturkan, di situlah poin segmentasi buku tersebut pada kaum milenial. Nezar berhasil memberi signifikansi pada peristiwa-peristiwa kecil dengan bahasa yang naratif dan menarik untuk dibaca.
"Menurut saya hal itu yang mendekatkan sejarah dengan kaum milenial," ungkapnya.
Baca juga: Wamenkominfo Nezar fokus penyelesaian BTS dalam 100 hari kerja
"Buku ini kita diharapkan dapat berguna bagi kaum muda atau generasi milenial, khususnya untuk membantu mereka dalam membaca sejarah," ungkap Nezar dalam bedah buku "Sejarah Mati di Kampung Kami" di Kantor Penghubung Pemerintah Aceh, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat.
Buku yang ditulis itu membantu milenial dalam membaca sejarah, terutama tentang bencana besar tsunami Aceh, kepingan-kepingan besar dibalik peristiwa tersebut, konflik, perdamaian dan sebagainya.
Sejarah yang disampaikan dalam dan dengan cara buku ini diharapkan menjadi inspirasi dan pembelajaran bagi kaum milenial.
Baca juga: Jokowi sebut pengalaman di media alasan Nezar Patria jadi Wamenkominfo
Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan dia sejak peristiwa tsunami Aceh." Ya rentang waktunya cukup panjang. Saya kira sejak tsunami Aceh sampai tahun lalu (2004-2022),"
ungkap Nezar.
Ia berharap, nantinya penerbit juga akan membuat versi elektronik (e-book)-nya agar buku tersebut lebih terdistribusi secara luas dan lebih menyentuh milenial."
Supaya distribusi buku tersebut bisa meluas dan semakin dekat dengan milenial," ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, salah satu pembedah buku sekaligus sastrawan, Bre Redana mengatakan bahwa buku "Sejarah Mati di Kampung Kami" bukanlah sekadar kronik peristiwa tetapi juga kronik kesadaran.
Baca juga: Nezar Patria ingin percepat pelaksanaan program Kominfo
Dalam buku tersebut, Nezar memberi pemahaman, perspektif dan kesadaran baru dari peristiwa-peristiwa yang dijadikan tulisan.
"Jadi buku itu bukan sekadar kronik peristiwa ya, merangkaikan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain," katanya.
Lebih dari itu, katanya, buku tersebut berhasil menjadi sebuah kronik kesadaran khususnya tentang Aceh.
Ia menuturkan, di situlah poin segmentasi buku tersebut pada kaum milenial. Nezar berhasil memberi signifikansi pada peristiwa-peristiwa kecil dengan bahasa yang naratif dan menarik untuk dibaca.
"Menurut saya hal itu yang mendekatkan sejarah dengan kaum milenial," ungkapnya.
Baca juga: Wamenkominfo Nezar fokus penyelesaian BTS dalam 100 hari kerja
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023
Tags: