Tips kelola rasa panik ketika anak didiagnosis penyakit kronis
21 Juli 2023 15:39 WIB
Psikolog klinis anak dan keluarga sekaligus ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia wilayah DKI Jakarta Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Psi saat dijumpai di Ronald McDonald House Charities RSCM, Jakarta Pusat, Jumat (21/7/2023). (ANTARA/Lifia Mawaddah Putri)
Jakarta (ANTARA) - Ketika anak didiagnosa penyakit serius, psikolog klinis anak dan keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Psi mengimbau agar orang tua mengatur napas sebagai langkah untuk mengurangi rasa panik.
“Kalau misalnya kita bisa menenangkan diri, maka sesungguhnya kita bisa mentransfer energi positif itu ke anak kita. Jadi, langkah termudahnya adalah dengan mengendalikan napas kita,” ujar psikolog yang biasa dipanggil Nina saat dijumpai di Jakarta, Jumat.
Nina yang juga merupakan Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Wilayah DKI Jakarta itu juga menjelaskan bahwa umumnya saat seseorang panik maka dia akan bernapas lebih dari 25 kali dalam satu menit.
Bahkan saat sangat merasa panik seseorang bisa bernapas lebih dari 40 kali dalam satu menit. Oleh sebab itu, Nina pun menganjurkan agar para orang tua bisa mengatur napasnya terlebih saat anak sedang sakit.
Baca juga: Jangan panik! Intip tips tangani anak saat demam hingga batuk pilek
“Dengan melambatkan napas kita, dengan menyadari napas kita, itu bisa mengurangi derajat kepanikan kita bisa dibilang lebih dari setengahnya. Jadi, tarik nafas mendalam, lepaskan dengan tenang,” kata Nina.
Jika masih terasa mengganjal di dalam hati, Nina menyarankan orang tua untuk melakukan hal yang ingin dilakukan agar merasa lega, misalnya ingin berteriak atau melempar barang.
Nina juga mengingatkan jika ingin melampiaskan emosi dengan cara seperti itu, sebaiknya mencari tempat dan barang yang aman saat melakukannya. Misal menangis di kamar mandi dalam keadaan keran menyala atau melempar bantal untuk melepaskan perasaan tidak nyaman tersebut.
Selain melakukan hal-hal tersebut, cara lain untuk menenangkan diri ketika sedang merasa panik adalah menggambar. Dengan menuangkan perasaan, maka kegiatan menggambar juga bisa membuat hati menjadi lebih tenang.
“Satu lagi sebenarnya langkah yang bisa menenangkan adalah dengan menggambar. Gambar saja apapun. Kemungkinan gambar pertamanya acak-acakan. Tapi, ketika sudah mulai tenang, itu mulai rapi gambarnya,” kata Nina.
Saat menggambar, orang tua juga bisa mengajak anak sehingga selain meredakan rasa panik, orang tua juga bisa membangun hubungan dengan anak.
Kendati demikian, apabila terlalu sering merasa panik, Nina menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan tenaga ahli seperti psikolog atau psikiater. Sebab kondisi itu bisa saja terjadi akibat suatu kondisi medis tertentu.
Baca juga: Psikolog ungkap cara orang tua memberitahukan penyakit kepada anak
Baca juga: Mengelola kondisi emosi atasi psikosomatis di tengah wabah COVID-19
Baca juga: Beda kecemasan dan serangan panik
“Kalau misalnya kita bisa menenangkan diri, maka sesungguhnya kita bisa mentransfer energi positif itu ke anak kita. Jadi, langkah termudahnya adalah dengan mengendalikan napas kita,” ujar psikolog yang biasa dipanggil Nina saat dijumpai di Jakarta, Jumat.
Nina yang juga merupakan Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Wilayah DKI Jakarta itu juga menjelaskan bahwa umumnya saat seseorang panik maka dia akan bernapas lebih dari 25 kali dalam satu menit.
Bahkan saat sangat merasa panik seseorang bisa bernapas lebih dari 40 kali dalam satu menit. Oleh sebab itu, Nina pun menganjurkan agar para orang tua bisa mengatur napasnya terlebih saat anak sedang sakit.
Baca juga: Jangan panik! Intip tips tangani anak saat demam hingga batuk pilek
“Dengan melambatkan napas kita, dengan menyadari napas kita, itu bisa mengurangi derajat kepanikan kita bisa dibilang lebih dari setengahnya. Jadi, tarik nafas mendalam, lepaskan dengan tenang,” kata Nina.
Jika masih terasa mengganjal di dalam hati, Nina menyarankan orang tua untuk melakukan hal yang ingin dilakukan agar merasa lega, misalnya ingin berteriak atau melempar barang.
Nina juga mengingatkan jika ingin melampiaskan emosi dengan cara seperti itu, sebaiknya mencari tempat dan barang yang aman saat melakukannya. Misal menangis di kamar mandi dalam keadaan keran menyala atau melempar bantal untuk melepaskan perasaan tidak nyaman tersebut.
Selain melakukan hal-hal tersebut, cara lain untuk menenangkan diri ketika sedang merasa panik adalah menggambar. Dengan menuangkan perasaan, maka kegiatan menggambar juga bisa membuat hati menjadi lebih tenang.
“Satu lagi sebenarnya langkah yang bisa menenangkan adalah dengan menggambar. Gambar saja apapun. Kemungkinan gambar pertamanya acak-acakan. Tapi, ketika sudah mulai tenang, itu mulai rapi gambarnya,” kata Nina.
Saat menggambar, orang tua juga bisa mengajak anak sehingga selain meredakan rasa panik, orang tua juga bisa membangun hubungan dengan anak.
Kendati demikian, apabila terlalu sering merasa panik, Nina menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan tenaga ahli seperti psikolog atau psikiater. Sebab kondisi itu bisa saja terjadi akibat suatu kondisi medis tertentu.
Baca juga: Psikolog ungkap cara orang tua memberitahukan penyakit kepada anak
Baca juga: Mengelola kondisi emosi atasi psikosomatis di tengah wabah COVID-19
Baca juga: Beda kecemasan dan serangan panik
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023
Tags: