Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak naik delapan poin menjadi Rp9.720 per dolar AS dari posisi sebelumnya, Rp9.728 per dolar AS.

"Dolar AS melemah terhadap mata uang rupiah setelah FOMC (Federal Open Market Committee) mengisyaratkan pertumbuhan pekerjaan belum cukup kuat untuk mendorong penghentian langkah-langkah stimulus AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra.

"Meski demikian, rupiah masih tetap rentan untuk kembali berada ke area negatif seiring dengan ketidakpastian tentang dana talangan Cyprus," katanya.

Pasalnya, kata dia, The Federal Reserve (The Fed)--sistem perbankan sentral Amerika Serikat-- akan terus melakukan pembelian 85 miliar dolar AS obligasi per bulan sebagai upaya untuk menekan tingkat pengangguran hingga di bawah tujuh persen.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, menambahkan penguatan nilai tukar mata uang domestik terhadap dolar AS hanya bersifat sementara.

"Sentimen penolakan syarat pemberian bailout untuk memberikan pajak tabungan di Cyprus dapat menghambat pemulihan krisis di Eropa sehingga menahan penguatan lebih lanjut mata uang negara berkembang, salah satunya rupiah," kata dia.

Kondisi di Cyprus, menurut dia, dinilai bisa memperlambat pemberian dana talangan bagi negara Eropa lain yang sedang membutuhkan talangan untuk mengatasi krisis keuangan.

"Kondisi di Eropa membuat pelaku pasar uang akan tetap memburu mata uang safe haven seperti dolar AS untuk menjaga nilainya," kata dia.