Singapura (ANTARA) - Harga minyak mentah berjangka sedikit berubah di perdagangan Asia pada Kamis sore, karena penurunan persediaan minyak mentah AS yang lebih rendah dari perkiraan dan potensi prospek permintaan yang lebih lemah membuat investor bersikap hati-hati.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terkerek 6 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 79,52 dolar AS per barel pada pukul 06.45 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus menguat 5 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 75,40 dolar AS per barel.
Kontrak WTI Agustus berakhir pada Kamis. Minyak mentah WTI untuk pengiriman September diperdagangkan 6 sen atau 0,1 persen,lebih tinggi menjadi 75,35 dolar AS per barel.
"Menyusul tekanan jual yang berat semalam, ada upaya harga minyak untuk stabil pagi ini," kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG.
Harga jatuh di sesi sebelumnya karena investor mengambil keuntungan setelah data menunjukkan persediaan AS turun kurang dari perkiraan para analis.
Sementara itu, dolar AS sebagian besar tidak berubah pada pukul 06.45 GMT, turun tipis 0,1 persen.
Prospek permintaan di China, pembeli minyak mentah terbesar dunia, juga tidak jelas di tengah ekonomi yang melambat.
Harga minyak mentah mungkin berjuang untuk menemukan arah yang jelas di tengah prospek permintaan global yang beragam dalam beberapa minggu ke depan, kata analis Citi dalam sebuah catatan.
Permintaan adalah "gambaran beragam dengan permintaan bensin dan bahan bakar jet yang lebih kuat, tetapi petrokimia dan diesel yang lebih lemah," kata para analis.
Harga minyak mentah Brent telah menembus ke kisaran yang lebih tinggi hingga Juli, setelah terjebak di 72-78 dolar AS hingga Mei dan Juni, analis Citi menambahkan, dengan dukungan dari pengurangan produksi Saudi dan risiko geopolitik.
Baca juga: Minyak turun di Asia karena penguatan dolar AS dan aksi ambil untung
Baca juga: Minyak turun karena aksi ambil untung meski pasokan AS lebih ketat
Minyak naik tipis di perdagangan Asia karena investor berhati-hati
20 Juli 2023 14:55 WIB
Ilustrasi: Ladang minyak. ANTARA/REUTERS/aa (Reuters)
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023
Tags: